Senin, 28 Februari 2011

Antara Cinta dan Nafsu


Saudaraku,..
Apa yang kita namakan "cinta" antara pria dan wanita, itu selalu mendatangkan dua hal yang bertentangan, puas atau kecewa, senang atau susah. Ini membuktikan bahwa yang kita agung-agungkan itu sesungguhnya hanyalah nafsu belaka. Nafsu adalah gairah, adalah "si aku yang ingin senang.” Nafsu selalu berpamrih, karena bersumber kepada pikiran yang menciptakan si aku lewat pengalaman dan pengetahuan. Pamrihnya hanya satu, walaupun kadang terselubung dan mengenakan beribu macam kedok, yaitu ingin mencapai sesuatu, ingin mendapatkan sesuatu, dan "sesuatu" ini pasti yang menyenangkan dirinya. Tidaklah mengherankan kalau kemudian muncul kecewa dan duka kalau keinginan itu tidak tercapai. Kalau terlaksana keinginan itu, terdapatlah kepuasan. Tetapi ini hanyalah kepuasan yang sementara. Karena nafsu selalu menghendaki lebih. Bukti bahwa yang kita anggap sebagai "cinta suci” antara pria dan wanita itu pada hakekatnya hanyalah nafsu, dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh cinta itu. Cinta antara pria dan wanita dimulai dari pandang mata, saling melihat. Dari sini timbul perasaan tertarik, karena apa yang dilihatnya itu menyenangkan hatinya, cocok dengan seleranya. Setelah saling tertarik, timbul keinginan untuk saling memiliki. Kemudian bermunculan akibat nafsu ini. Cemburu, patah hati, duka, benci, pertentangan dan sebagainya. Betapa banyaknya dua orang yang tadinya bersumpah saling mencinta sampai mati, setelah menjadi suami isteri bertengkar setiap hari, bahkan berakhir dengan perceraian dan saling benci! Sungguh aneh kalau cinta kasih murni berakhir menjadi kebencian. Kalau nafsu, sama sekali tidak mengherankan kalau kemudian mendatangkan akibat duka dan kebencian.

Banyak orang melihat kenyataan ini! Mereka melihat bahayanya nafsu yang berselubung sebagai “cinta suci” ini, dan untuk menghindarkan diri dari duka, untuk membikin putus ikatan ini, ada orang yang dengan sengaja menjauhkan diri dari asmara ini. Mereka tidak mau melakukan hubungan antara pria dan wanita, menjadi perjaka atau perawan selama hidup, tidak mau atau pantang melakukan hubungan sex. Apakah dengan cara demikian berarti mereka telah terbebas dari nafsu? Apakah nafsu itu hanya muncul melalui gairah berahi saja? Apakah kalau sudah begitu kita akan dapat bebas dari duka? Bagaimana dengan nafsu dalam bentuk lain, keinginan si aku dalam bentuk lain? Masih ada seribu satu macam cara bagi si aku untuk mengejar keinginannya. Bahkan satu di antaranya adalah "keinginan bebas dari nafsu sex" itulah! Keinginan memuaskan nafsu dan keinginan menjauhi nafsu datang dari sumber yang sama! Sumbernya adalah si-aku yang ingin! Pamrihnya adalah kesenangan bagi si aku. Karena menyadari bahwa menuruti nafsu menimbulkan duka, maka si aku lalu berkeinginan untuk menjauhi nafsu, tentu saja pamrihnya agar jangan mengalami duka, dan hal ini tentu akan menyenangkan!

Demikian pandainya nafsu daya rendah mempermainkan kita! Demikian pandainya bersalin rupa, sehingga kita sering kali terkecoh. Hati dan akal pikiran kita sudah bergelimang daya rendah, maka apapun yang dihasilkan hati dan akal pikiran, sudah terpengaruh nafsu. Mengapa seluruh badan ini luar dalam bergelimang nafsu? Karena sudah kodratnya demikian! Selama jiwa bersemeyam di dalam badan, agar dapat hidup, badan harus disertai nafsu-nafsu daya rendah. Tanpa adanya nafsu daya rendah, badan akan binasa. Badan kita ini dapat hidup karena ketergantungan kepada banyak benda. Kita butuh makanan, kita butuh benda-benda, kita butuh orang lain. Kita tidak mungkin dapat terbebas dari ikatani-ikatan dengan daya-daya rendah yang sesungguhnya merupakan alat hidup, merupakan sarana hidup, bahkan kebutuhan mutlak bagi kehidupan. Ini sudah kodratnya, sudah kehendak Tuhan begitu. Kita tidak mungkin mengingkari ini. Nafsu yang kita namakan nafsu sex merupakan kodrat pula. Kita tidak mungkin melenyapkannya, kalau kita menghendaki manusia masih berkelanjutan hidup di dunia ini. Nafsu sex hanya merupakan alat, merupakah sarana perkembang-biakan mahluk manusia. Kalau terdapat kenikmatan di situ, hal itu merupakan anugerah Tuhan yang patut kita syukuri.
Karena seluruh badan kita luar dalam sudah bergelimang nafsu, hati dan akal pikiran kita sudah bergelimang nafsu rendah, maka badan dan batin kita di kuasai nafsu, menjadi hamba nafsu. Padahal, nafsu daya rendah itu seharusnya yang mehjadi alat kita, menjadi hamba kita, menjadi pelayan kita. Lalu bagaimana kita dapat membebaskan diri dari cengkeraman nafsu, kalau "kita" ini adalah hati dan akal pikiran yang bergeli mang nafsu?

Hanya satu kekuasaan saja yang akan mampu mengatur, yang akan mampu merubah, yang akan mampu mengembalikan nafsu daya rendah ke dalam tempatnya semula, mengembalikan nafsu daya rendah kepada tempat dan tugasnya yang benar, yaitu sebagai pelayan dalam kehidupan. Kekuasaan itu adalah kekuasaan Tuhan, kekuasaan yang menciptakan nafsu daya rendah, yang menciptakan segala sesuatu di alam mayapada ini! Dan kita? Hanya menyerah! Menyerah dengan sepenuhnya, menyerah dengan ikhlas, dengan tawakal, dengan pasrah. Menyerah sebulatnya dengan mutlak, tanpa adanya hati akal pikiran yang mencampuri.

Yang ada hanya penyerahan. Yang ada hanya kepasrahan. Yang ada hanya pengamatan, penerimaan tanpa disertai keinginan hati akal pikiran. Menyerah dan menerima, merasakan dan waspada, bukan "aku" yang waspada.


Selasa, 22 Februari 2011

Menjernihkan Cinta

Saudaraku,...
Sudah menjadi pendapat umum bahwa cinta antara pria dan wanita harus dibuktikan dengan sex. Akan tetapi, tepatkah pendapat seperti ini? Memang harus diakui bahwa hubungan sex HARUS didasari kasih sayang dan cinta yang jujur, karena kalau tidak demikian, maka hubungan sex menjadi semacam pengejaran kenikmatan belaka, menjadi pemuasan dan pemanjaan nafsu berahi belaka. Hubungan sex tanpa cinta dan kasih sayang hanya terjadi di dalam pelacuran, dalam perkosaan, dan jelaslah bahwa hubungan semacam itu hanya akan menimbulkan duka dan kesedihan. Hubungan sex tanpa cinta kasih menjadi suatu hubungan yang kotor. Sebaliknya, hubungan sex yang dilandasi cinta yang jujur merupakan sesuatu yang indah dan bersih, merupakan pencurahan kasih sayang antara dua orang manusia yang saling mencintai, dan hubungan seperti ini menjadi sarana penciptaan manusia baru yang sempurna. Sekali lagi, pahamilah dengan hati Anda, bahwa tidak selamanya cinta identik dengan hubungan sex. Ada banyak cinta di dunia ini yang sama sekali tidak membutuhkan hubungan seksual.

Selasa, 15 Februari 2011

Mencintai Duka


Saudaraku,…
Selama manusia itu menjejakkan kakinya di bumi, selama itu pula ia akan berinteraksi dengan duka dan kesedihan. Dalam satu waktu mungkin ia akan kehilangan kerabat terdekat karena sebuah peristiwa yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Dan pada waktu yang berbeda ia bisa saja kehilangan harta benda karena kecemburuan yang menghantui kehidupan. Dan peristiwa-peristiwa lain yang menimbulkan kedukaan.

Sebagian saudara kita terlampau reaktif ketika kedukaan menghantui bagian kecil kehidupan. Mereka berteriak lantang di manapun mereka menjejakkan kaki. Mereka mengutuk pemuka bangsa ini. Mereka mencaci saudaranya sendiri. Bahkan sebagian lainnya ada yang melepaskan ikatan hatinya kepada Tuhan, karena kedukaan yang dialaminya.

Sampai sejauh itukah kita bergaul dengan kedukaan? Sampai selemah itukah kekuatan kita menekan derasnya kedukaan? Ingatlah saudaraku, Kedukaan itu mendatangi kita bukan hanya untuk satu kali. Pada waktu yang lainnya kita bisa bertemu dengannya dengan wajah yang berbeda. Yang paling penting adalah bagaimana mengelola kedukaan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Berpikirlah positif tentang duka dan kesedihan yang kita alami. Hilangkanlah dalam pikiran kita segala sesuatu yang buruk dari kedukaan yang mendatangi kita. Kita tidak pernah tahu apa yang dikehendaki Tuhan ketika kita berduka. Bukan tidak mungkin Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk kita.

Duka memang tetap menjadi duka. Tetapi jika pikiran kita jernih ketika berinteraksi dengan kedukaan, kita tidak akan terpengaruh olehnya. Maka mencintai duka adalah pilihan kehidupan yang paling baik.

Sabtu, 12 Februari 2011

Hanya Tentang Cinta

Saudaraku,…
Kulihat kotamu sungguh sangat indah. Di mana-mana kulihat bunga yang semerbak harum mengelilingi kokohnya bangunan yang menjulang tinggi. Penghuninya pun sangat menyenangkan. Mereka tersenyum ramah ketika aku menyapa mereka atau ketika aku diam saja. Bahkan ketika aku tidak bereaksi apapun terhadap keramahan mereka. Ini hanya tentang cinta yan tumbuh sangat subur ketika semua hati menjadi gersang. Cinta telah berkembang jauh memberikan kesuburan pada setiap pijakan kaki para pecinta. Cinta telah meninggalkan jejak yang tidak dapat terhapus oleh banyaknya kebencian dan ketakutan yang dilahirkan manusia.

Engkau pernah berkata kalau Tuhanmu memberikan cahaya pada setiap pijakan yang engkau lalui. Dan aku pun pernah berujar kepadamu kalau Tuhanku tidak pernah menjauh dariku. Kemudian kita sepakat membangun keindahan diantara perbedaan dan pertentangan yang muncul ke permukaan. Ini hanya tentang cinta yang melintasi semua perbedaan dan pertentangan diantara banyaknya keyakinan yang membentang.

Ini hanya tentang cinta yang tidak terikat oleh kemeriahan dan kemewahan dunia. Ini bukanlah tentang pertikaian diantara dua kubu yang mencari pembenaran untuk dirinya sendiri. Ini juga bukanlah tentang perbedaan dan permusuhan yang memudarkan cahaya terang di dunia cinta, hanya tentang cinta.

Jumat, 04 Februari 2011

Kekuatan Uang


Saudaraku,…
Kebenaran dan keadilan selalu menjadi lemah dan goyah di mana terdapat kekuasaan yang jauh lebih kuat, yaitu ketamakan akan uang! Uang berarti kesenangan. Di manapun di bagian dunia ini, manusia benar-benar telah dicengkeram dan dikuasai oleh uang atau lebih luas lagi, dikuasai oleh keinginan untuk memperoleh kesenangan. Dan kesenangan ini, harus diakui, hanya bisa dicapai kalau orang mempunyai uang. Untuk memperoleh uang sebagai sarana utama hidup senang ini, orang tidak segan-segan melakukan apa saja! Dari yang paling licin sampai yang paling keji dan kejam. Orang tidak segan-segan untuk berpura-pura, untuk merendahkan diri sedemikian rupa, untuk menipu, untuk menyiksa kalau perlu membunuh, menjadi penjahat-penjahat, wanita menjual diri menjadi pelacur, pendeknya segala kemaksiatan itu terdorong oleh keinginan memperoleh uang sebanyak-banyaknya. Uang membuat apa saja dapat terjadi, yang nampaknya tidak mungkin sekalipun!


Karena kekuatan uang seorang pembesar tinggi bisa saja melakukan hal-hal yang lebih rendah dari pada pencuri atau perampok, karena kehausan akan uang. Kedudukan disalah-gunakan, kekuasaan menjadi alat untuk mencari uang sebanyaknya, martabat terlupa, hati nurani tiada bisikan murni lagi, prikemanusiaan menipis, semua ini terjadi apabila manusia telah dikuasai oleh pengejaran kesenangan melalui pengumpulan uang. Halal atau tidak sudah tidak diperhitungkan lagi. Dan hal ini kemudian menjadi suatu kebiasaan dan kalau sudah menjadi kebiasaan, akhlak makin menipis sehingga keburukannya tidak terasa atau teringat lagi.

Orang yang untuk pertama kali melakukan pencurian, tentu akan merasa adanya penyesalan dalam hatinya, penyesalan yang datang karena kesadaran bahwa apa yang dilakukannya itu adalah tidak baik atau tidak benar. Akan tetapi kalau dia sudah terbiasa dengan perbuatan mencuri, maka penyesalan itu akan makin menipis dan akhirnya lenyap sama sekali. Demikian pula dengan segala macam kemaksiatan lainnya. Berhati-hatilah, saudaraku!