Senin, 26 November 2012

TENTANG KEMAJUAN


Saudaraku,…
Apakah yang kita namakan kemajuan itu? Kita mendambakan kemajuan, kita mengagung-agungkan kemajuan. Akan tetapi apakah sebenarnya kemajuan itu? Model celana dipotong pendek, lalu panjang lagi, lalu pendek lagi, panjang lagi. Sempit, lalu longgar, sempit lagi. Itukah kemajuan? Benda-benda dibikin modern agar LEBIH MENYENANGKAN. Jadi, kemajuan berarti pengejaran sesuatu yang dianggap lebih menyenangkan! Itukah kemajuan? Dan sampai di mana kita sekarang ini maju? Sudah majukah? Sudah sampai di batas manakah? Matahari menyinarkan cahayanya yang cerah. Burung-burung berkicau di pohon-pohon. Bunga-bunga mekar semerbak harum. Sejak jutaan tahun yang lalu sudah begitu, dan terus begitu. Semua itu tidak mengejar kemajuan, melainkan bertumbuh dengan wajar. Apakah keadaan alam seperti itu dapat kita katakan tidak maju?

Pikiran yang didorong oleh keinginan untuk mencari kesenangan yang lebih, tidak mungkin berdaya cipta (creative). Tidak akan menjadikan kita bijaksana dan cerdas. Sebaliknya, pikiran yang selalu mengejar kesenangan yang lebih akan menjadi licik penuh akal, kejam dan tak pernah puas. Perbaikan keadaan tentu terjadi karena manusia mempergunakan akal budi yang memang sudah ada padanya sejak lahir. Keburukan hidup menghadapi alam, akan mendorong manusia mempergunakan akal budinya untuk mengatasi segala kesukaran. Daya cipta akan berkembang secara wajar, demi kesejahteraan hidup, bukan demi pergejaran kesenangan.



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo









Selasa, 20 November 2012

MENERIMA KEHENDAK TUHAN



Saudaraku,…
Malapetaka dapat menimpa siapapun juga di dalam kehidupan di dunia ini. Tidak pandang bulu! Seorang manusia yang paling berkuasa sekalipun, tidak kebal terhadap malapetaka dan maut, kalau memang Tuhan sudah menghendaki. Tiada kekuatan apapun di dunia dan akhirat yang mampu mengubah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhanpun terjadilah. Manusia hanya dapat menerima, tawakal, dengan penuh keikhlasan menyerahkan diri lahir batin sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan. Hanya inilah satu-satunya jalan. Hanya Tuhan yang dapat menentukan jalan hidup ini, seperti Tuhan pula yang menentukan dan mengatur segala sesuatu yang hidup dan mati, yang nampak dan tidak nampak. Tuhan mendahului yang paling dulu, mengakhiri yang paling akhir, di sebelah dalam yang paling dalam dan di sebelah luar yang paling luar! Tak terjangkau oleh akal pikiran.

Kalau segala gerakan badan dan batin diatur oleh kekuasaan Tuhan, barulah sempurna dan benar dan hal ini mungkin saja dapat dicapai dengan penyerahan diri penuh keikhlasan dan kerendahan hati. Sebaliknya, segala gerakan badan dan batin yang diatur oleh akal pikiran selalu ditunggangi nafsu-nafsu dan akibatnya seperti yang kita lihat di sekeliling kita. Konflik dan pertentangan, perebutan, masing-masing menonjolkan kepentingan aku sendiri dan tak dapat dihindarkan lagi, bentrokan-bentrokan dan kekerasanpun terjadilah, di mana-mana!

Akal pikiran dan segala macam nafsu memang sungguh amat kita perlukan dalam kehidupan ini. Akal pikiran dan nafsu adalah alat-alat yang sangat benguna bagi kita untuk mempertahankan hidup di dunia ini. Karena mereka itu hanya alat, maka haruslah dapat kita manfaatkan, kita peralat demi kepentingan dan kebutuhan diri dalam kehidupan di dunia. Akan tetapi apa kenyataannya? Kita malah yang diperalat oleh mereka! Kita diperalat, diperhamba oleh akal pikiran dan nafsu, maka rusaklah ketenteraman hidup, lenyaplah kebahagiaan hidup.

Akal pikiran dan nafsu hanya ingin ini, ingin itu. ingin lebih, ingin enak dan segala macam keinginan. Dan untuk mengejar terlaksananya keinginan itu, kita diperalat untuk mendapatkannya sehingga timbullah segala macam perbuatan kekerasan dan kemaksiatan. Kalaupun rasa kemanusiaan kita, hati nurani kita sewaktu-waktu menyadari akan hal ini, hati nurani kita itu sedemikian lemahnya sehingga tidak mampu menanggulangi kekuatan daya rendah dari nafsu-nafsu dan akal pikir, dan kita tetap dicengkeram dan dikuasai, dipengaruhi.

Saudaraku,…
Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu menalukkan kegarangan daya-daya rendah itu, menjinakkannya dan mengembalikan fungsinya sebagai alat, sebagai harta, bukan lagi sebagai majikan.



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo

Selasa, 13 November 2012

MEMUTUSKAN IKATAN WAKTU

Saudaraku,…
Waktu memang memiliki kekuasaan atas diri kita manusia secara mutlak. Hampir seluruh hidup ini kita isi dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan waktu, atau yang dikuasai waktu. Kita memisah-misahkan waktu lampau, waktu ini, dan waktu mendatang dan dengan pemisahan-pemisahan inilah maka timbul segala macam persoalan di dalam kehidupan kita. Hampir seluruh perasaan yang menguasai batin dan menimbulkan emosi lahir dari waktu yang mengisi seluruh ingatan kita. Perasaan duka timbul dari waktu karena pikiran mengingat-ingat hal yang telah lalu, membandingkannya dengan waktu kini dan membayangkan keadaan waktu mendatang. Karena pikiran mengunyah-ngunyah hal yang telah lampau, mengingat-ingatnya kembali, timbullah duka.

Karena pikiran membayang-bayangkan hal yang mungkin terjadi di masa depan, timbullah rasa takut, harapan-harapan yang kemudian menimbulkan kekecewaan-kekecewaan atau kepuasan-kepuasan sejenak. Karena pikiran membayangkan hal-hal yang menimpa diri kita, yang merasa dirugikan lahir atau batin oleh orang lain, timbullah rasa marah, dendam dan kebencian. Batin kita diombang-ambingkan antara masa lampau, masa kini dan masa, mendatang, dicengkeram oleh waktu!

Melihat kenyataan-kenyataan yang dapat kita rasakan sendiri hal ini merupakan sesuatu kenyataan yang tak terpisahkandari kehidupan kita masing-masing, timbullah suatu pertanyaan yang amat penting: Dapatkah kita hidup terlepas dari cengkeraman waktu? Tentu saja yang dimaksudkan di sini adalah kehidupan batiniah.

Kehidupan lahir tentu saja tidak dapat dipisahkan dari waktu. Masuk sekolah, kantor, naik kendaraan umum, dan sebagainya memang harus menurutkan jadwal waktu. Akan tetapi dapatkah batin bebas dari cengkeraman waktu bebas dari pengenangan kembali hal yang lalu, bebas dari harapan-harapan masa mendatang, dan hidup saat demi saat, detik demi detik, hidup SEKARANG ini? Kalau dapat, jelas bahwa kita akan bebas pula dari duka, kebencian, ketakutan. Mungkinkah bagi kita untuk memutuskan ikatan dengan masa lalu? Menghabiskan sampai di sini saja segala urusan yang telah lalu? Dan tidak membayang-bayangkan, tidak mengharapkan, hal-hal yang belum terjadi? Hidup dan menikmati hidup saat demi saat, menghadapi dengan penuh kewaspadaan dan kesadaran akan segala yang terjadi saat demi saat, seperti apa adanya? Ini merupakan suatu seni hidup yang amat tinggi dan indah. Mari kita coba saja! Bukan dihalangi oleh tanggapan-tanggapan bahwa hal itu sukar, tidak mungkin dan sebagainya. Kita lakukan saja sekarang dan kita lihat bagaimana perkembangannya.


Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo

Selasa, 06 November 2012

MEMPELAJARI KEBAIKAN

Saudaraku,…
Makin banyaknya tentang pelajaran tentang kebaikan dan contoh-contoh manusia budiman, makin banyaklah timbul orang-orang munafik yang ingin disebut baik, ingin dirinya dianggap seperti manusia budiman. Kita selalu melupakan bahwa kebaikan bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari! Melakukan kebaikan untuk mentaati pelajaran adalah kelakuan yang palsu, dipaksakan, dan berpamrih (mengandung keinginan tertentu demi diri pribadi), karenanya munafik!

Kebaikan harus, keluar dari dalam hati, tanpa paksaan, tanpa kekhawatiran, tanpa keinginan di baliknya, tanpa pamrih, bahkan tanpa disadari bahwa kita berbuat baik! Dapatkah rasa kasihan dipelajari dan dilatih? Dapatkah kita mempelajari rasa haru? Dapatkah orang belajar mencinta? Kalau dipelajari maka palsulah itu!



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo