Kamis, 01 Desember 2011

INDAHNYA KEHENDAK TUHAN


Saudaraku,…
Malapetaka dapat menimpa siapapun juga di dalam kehidupan di dunia ini. Tidak pandang bulu! Seorang manusia yang paling berkuasa sekalipun, tidak kebal terhadap malapetaka dan maut, kalau memang Tuhan sudah menghendaki. Tiada kekuatan apapun di dunia dan akhirat yang mampu mengubah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhanpun terjadilah. Manusia hanya dapat menerima, tawakal, dengan penuh keikhlasan menyerahkan diri lahir batin sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan. Hanya inilah satu-satunya jalan.

Hanya Tuhan yang dapat menentukan jalan hidup ini, seperti Tuhan pula yang menentukan dan mengatur segala sesuatu yang hidup dan mati, yang nampak dan tidak nampak. Tuhan mendahului yang paling dulu, mengakhiri yang paling akhir, di sebelah dalam yang paling dalam dan di sebelah luar yang paling luar! Tak terjangkau oleh akal pikiran.

Kalau segala gerakan badan dan batin diatur oleh kekuasaan Tuhan, barulah sempurna dan benar dan hal ini mungkin saja dapat dicapai dengan penyerahan diri penuh keikhlasan dan kerendahan hati. Sebaliknya, segala gerakan badan dan batin yang diatur oleh akal pikiran selalu ditunggangi nafsu-nafsu dan akibatnya seperti yang kita lihat di sekeliling kita. Konflik dan pertentangan, perebutan, masing-masing menonjolkan kepentingan aku sendiri dan tak dapat dihindarkan lagi, bentrokan-bentrokan dan kekerasanpun terjadilah, di mana-mana!

Akal pikiran dan segala macam nafsu memang sungguh amat kita perlukan dalam kehidupan ini. Akal pikiran dan nafsu adalah alat-alat yang sangat benguna bagi kita untuk mempertahankan hidup di dunia ini. Karena mereka itu hanya alat, maka haruslah dapat kita manfaatkan, kita peralat demi kepentingan dan kebutuhan diri dalam kehidupan di dunia. Akan tetapi apa kenyataannya? Kita malah yang diperalat oleh mereka! Kita diperalat, diperhamba oleh akal pikiran dan nafsu, maka rusaklah ketenteraman hidup, lenyaplah kebahagiaan hidup.

Akal pikiran dan nafsu hanya ingin ini, ingin itu. ingin lebih, ingin enak dan segala macam keinginan. Dan untuk mengejar terlaksananya keinginan itu, kita diperalat untuk mendapatkannya sehingga timbullah segala macam perbuatan kekerasan dan kemaksiatan. Kalaupun rasa kemanusiaan kita, hati nurani kita sewaktu-waktu menyadari akan hal ini, hati nurani kita itu sedemikian lemahnya sehingga tidak mampu menanggulangi kekuatan daya rendah dari nafsu-nafsu dan akal pikir, dan kita tetap dicengkeram dan dikuasai, dipengaruhi. Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu menalukkan kegarangan daya-daya rendah itu, menjinakkannya dan mengembalikan fungsinya sebagai alat, sebagai harta, bukan lagi sebagai majikan.


Kamis, 24 November 2011

KELAHIRAN DAN KEMATIAN

Saudaraku,…
Lahir dan mati merupakan awal dan akhir dari kehidupan seperti yang kita kenal ini. Kita hanya tahu akan kehidupan ini, tanpa mengetahui keadaan sebelum terlahir dan sesudah mati. Yang jelas, seorang bayi, bangsa apapun juga, kaya atau miskin, mulia maupun papa, dari 'keluarga yang bagaimanapun juga, seorang bayi begitu terlahir di dalam dunia ini, dia langsung menangis! Tangis adalah peluapan duka, dalam bahasa dari bangsa manapun juga. Begitu memasuki alam dunia, manusia menangis. Awal kehidupan disambut tangis, seolah-olah bayi calon manusia itu merasa menyesal, merasa berduka bahwa dia telah dilahirkan di dalam suatu kehidupan yang penuh duka!

Dan di dalam kenyataannya, hidup ini memang lebih banyak mengandung duka daripada suka. Kemudian, setelah manusia mati, hampir dapat dipastikan bahwa pada wajah si mati terdapat suatu kedamaian, wajah itu, membayangkan kelegaan, kebebasan, bahkan juga kebahagiaan, seolah-olah si mati merasa lega karena telah terlepas daripada kehidupan yang banyak duka ini!

Manusia menyambut kelahiran bayi yang menangis sedih dengan gembira. Apakah ini menjadi tanda bahwa manusia merasa gembira melihat datangnya seorang rekan baru dalam kehidupan penuh derita ini, seperti sekumpulan orang dalamn penjara menyambut datangnya seorang narapidana yang baru? Dan manusia mengantar kematian seseorang dengan tangis sedih walaupun wajah si mati nampak demikian penuh ketenangan dan kedamaian.

Apakah ini pun menjadi tanda bahwa manusia merasa berduka melihat seseorang bebas sedangkan mereka sendiri masih berada di dalam kehidupan yang penuh derita, seperti sekumpulan orang dalam penjara yang melihat seorang rekannya dibebaskan sedangkan mereka masih harus mendekam di dalam penjara.

 Hidup ini penuh duka yang timbul dari segala perasaan kecewa, iri hati, dengki, ketakutan, kekerasan, dan iba diri. Kesenangan hanya muncul seperti kilat di antara mendung gelap, hanya sekali-kali saja. Setiap jengkal kesenangan selalu diikuti oleh sedepa kesusahan. Namun, tanpa adanya pikiran yang menimbang-nimbang, membayang-bayangkan, mengingat-ingat, tanpa adanya si aku yang menilai, membandingkan, merasakan, apakah duka atau suka itu? Dalam keadaan tidur, atau pingsan, selagi pikiran tidak bekerja, kita memasuki suatu alam yang tidak mengenal suka duka! Mimpi mengandung suka itu ada? Dalam keadaaan tidur, atau pingsan, selagi pikiran tidak bekerja, kita memasuki suatu alam ke dalam alam tanpa suka tanpa duka.

Saudaraku,…
Ini membuktikan bahwa suka duka hanya permainan pikiran belaka, permainan si aku yang selalu mengada-ada! 


Kamis, 17 November 2011

JANJI JANJI

Janji janji bertebaran di langit
janji janji berserakan di jalanan
janji janji kelangan bentuk
janji janji kehilangan arah dan tujuan
janji janji kebingung tersesat jalan

Lalu pada penghujung hari
janji janji mencari majikan yang baru

Selasa, 08 November 2011

INDAHNYA KASIH SAYANG TUHAN

Saudaraku,…
Betapa sungguh banyak keyakinan yang tumbuh dan berkembang di dunia ini, yang membawa kebenarannya masing-masing. Tapi janganlah hal ini membuat kita memandang rendah pemeluk keyakinan yang berbeda dengan kita. Jangnalah nerlaku berbeda karena adanya perbedaan ini. Tuhan menyuruh berbuat kebaikan kepada seluruh makhuk-Nya, bukan cuma kepeda saudara ada seiman. Belajarlah kepada kasih sayang Tuhan yang tidak terbatas jumlahnya dan tidak pula mengenal perbedaan. Kasih sayang Tuhan nampak di mana-mana, merata dan sudah tersedia bagi manusia yang tinggal menikmatinya saja asal kita mau menyadari akan hal itu. Lihatlah sinar matahari yang hangat, menghidupkan, nyaman dan menjadi sumber kehidupan segala sesuatu yang nampak di permukaan bumi.

Bukankah sinar matahari itu satu di antara kekuasaan dan kasih sayang Tuhan? Dan apakah sinar matahari itu, seperti anugerah-anugerah yang lain, membeda-bedakan? Sama sekali tidak. Baik seseorang itu pendeta yang katanya suci, maupun dia seorang yang dianggap paling jahat, akan menerima sinar matahari yang sama. Hanya bedanya, orang yang mau membuka matanya dan sadar akan semua yang berada di luar dirinya, akan dapat menikmati sepenuhnya kalau matahari pagi yang hangat dan sehat memancarkan cahayanya, dan akan berteduh dengan penuh pengertian kalau matahari menyengat terlampau keras.

Sebaliknya, orang yang pikirannya selalu keruh dan sibuk, akan lengah dan tidak mampu menikmati keindahan dan kegunaan matahari pagi, kemudian akan mengeluh dan mengomel kalau matahari terlalu terik. Jelaslah, bagi kekuasaan Tuhan, bagi alam, tidak ada bedanya di antara manusia karena di situ tidak terdapat penilaian. Hanya penilaian yang menimbulkan pembedaan, karena penilaian ini didasari oleh aku yang merasakan diuntungkan atau dirugikan. Kalau diuntungkan, maka penilaian tentu saja condong ke arah baik sedangkan kalau dirugikan, dinilai buruk. Jelas bahwa penilaian bersumber kepada keakuan yang selalu mengejar kesenangan.

Saudaraku,..
Jika Anda mampu berlaku bijak terhadap seluruh makhluk Tuhan, maka Anda akan menemui dunia dalam keadaan yang sangat menyenangkan.

Senin, 31 Oktober 2011

INDAHNYA KEHENDAK TUHAN


Saudaraku,…
Malapetaka dapat menimpa siapapun juga di dalam kehidupan di dunia ini. Tidak pandang bulu! Seorang manusia yang paling berkuasa sekalipun, tidak kebal terhadap malapetaka dan maut, kalau memang Tuhan sudah menghendaki. Tiada kekuatan apapun di dunia dan akhirat yang mampu mengubah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhanpun terjadilah. Manusia hanya dapat menerima, tawakal, dengan penuh keikhlasan menyerahkan diri lahir batin sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan. Hanya inilah satu-satunya jalan.

Hanya Tuhan yang dapat menentukan jalan hidup ini, seperti Tuhan pula yang menentukan dan mengatur segala sesuatu yang hidup dan mati, yang nampak dan tidak nampak. Tuhan mendahului yang paling dulu, mengakhiri yang paling akhir, di sebelah dalam yang paling dalam dan di sebelah luar yang paling luar! Tak terjangkau oleh akal pikiran.

Kalau segala gerakan badan dan batin diatur oleh kekuasaan Tuhan, barulah sempurna dan benar dan hal ini mungkin saja dapat dicapai dengan penyerahan diri penuh keikhlasan dan kerendahan hati. Sebaliknya, segala gerakan badan dan batin yang diatur oleh akal pikiran selalu ditunggangi nafsu-nafsu dan akibatnya seperti yang kita lihat di sekeliling kita. Konflik dan pertentangan, perebutan, masing-masing menonjolkan kepentingan aku sendiri dan tak dapat dihindarkan lagi, bentrokan-bentrokan dan kekerasanpun terjadilah, di mana-mana!

Akal pikiran dan segala macam nafsu memang sungguh amat kita perlukan dalam kehidupan ini. Akal pikiran dan nafsu adalah alat-alat yang sangat benguna bagi kita untuk mempertahankan hidup di dunia ini. Karena mereka itu hanya alat, maka haruslah dapat kita manfaatkan, kita peralat demi kepentingan dan kebutuhan diri dalam kehidupan di dunia. Akan tetapi apa kenyataannya? Kita malah yang diperalat oleh mereka! Kita diperalat, diperhamba oleh akal pikiran dan nafsu, maka rusaklah ketenteraman hidup, lenyaplah kebahagiaan hidup.

Akal pikiran dan nafsu hanya ingin ini, ingin itu. ingin lebih, ingin enak dan segala macam keinginan. Dan untuk mengejar terlaksananya keinginan itu, kita diperalat untuk mendapatkannya sehingga timbullah segala macam perbuatan kekerasan dan kemaksiatan. Kalaupun rasa kemanusiaan kita, hati nurani kita sewaktu-waktu menyadari akan hal ini, hati nurani kita itu sedemikian lemahnya sehingga tidak mampu menanggulangi kekuatan daya rendah dari nafsu-nafsu dan akal pikir, dan kita tetap dicengkeram dan dikuasai, dipengaruhi. Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu menalukkan kegarangan daya-daya rendah itu, menjinakkannya dan mengembalikan fungsinya sebagai alat, sebagai harta, bukan lagi sebagai majikan.


Rabu, 19 Oktober 2011

KETIKA PEMIMPIN BERBUAT MAKSIAT

Saudaraku,...
Sungguh sangat menyedihkan kalau dalam sebuah negara, para pembesar yang oleh rakyat dianggap pemimpin, melakukan penyelewengan-penyelewengan dan hanya mementingkan kesenangan pribadi saja. Sudah terlampau banyak contoh terdapat dalam sejarah kuno betapa kaum ningrat, kaum berkuasa yang memegang tampuk pemerintahan, selalu mabuk akan kekuasaan dan apabila kekuasaan sudah berada di tangan, dimabuk segala macam kemaksiatan! Mengapa begini?

Mengapa banyak sekali terjadi contoh-contoh menyolok, di mana bekas-bekas pejuang yang dahulu ikut berjuang menumbangkan kekuasaan Mongol, yang dahulu benar-benar menjadi seorang ksatria yang rela dan siap mengorbankan nyawa guna tanah air dan bangsa, setelah perjuangan berhasil dan dia mendapat kedudukan, lalu berubah tabiatnya seperti bumi dengan langit, berubah menjadi ningrat atau pembesar yang menimbun diri dengan perbuatan maksiat? Mengapa terjadi ini semua?

Jawaban satu-satunya kiranya hanya terletak pada diri pribadi masing-masing! Kemaksiatan timbul karena dorongan nafsu yang tak dapat dikekang dan yang memaksa manusianya melaksanakan dorongannya. Ini hanya dapat terjadi kalau si manusia itu lemah batinnya, lemah pertahanan di dalam hatinya sehingga tidak kuat menghadapi penyerbuan nafsu-nafsu yang laksana iblis setiap saat mendobrak pertahanan batin manusia. Kekuatan batin melemah karena pengaruh keadaan sekeliling, karena keadaan ling kungan hidupnya, karena contoh-contoh hidup yang diperlihatkan atasannya. Kalau atasannya mabuk kedudukan, bawahannya pun tentu demikian. Kalau atasannya mabuk wanita, bawahannya pun takkan berbeda jauh dan demikian selanjutnya.

Bagaimana akibatnya kalau para ningrat dan pembesar sudah tenggelam ke dalam gelombang perbuatan maksiat? Celakalah! Negara akan menjadi lemah, rakyat akan menjadi sengsara. Tanda-tanda tentang keadaan para pembesar yang demikian itu, selalu dapat dilihat dari keadaan di kota raja. Apabila seorang pembesar, baik dia berkedudukan tinggi sekali ataupun hanya rendahan, tenggelam dan mabuk akan kemewahan, itulah tanda bahwa pertahanan batinnya menjadi lemah dan dia akan mudah tergelincir ke dalam tindakan maksiat. Dan segala macam tindakan maksiat di dunia ini mempunyai pengaruh seperti madat. Diberi satu ingin dua, mendapat dua ingin empat dan seterusnya, tak kenal puas tak kenal kenyang. Sekali seorang manusia mabuk akan kedudukan, biar dia sudah menjadi kaisar sekalipun, dia akan merasa tak puas dan iri melihat kaisar-kaisar di negara lain yang lebih besar kedudukannya, dan andaikata dia sudah menjadi kaisar yang paling tinggi kedudukannya di dunia, agaknya dia masih akan mengiri akan kedudukan Tuhan! Sekali seorang manusia sudah mabuk akan wanita, biar dia sudah mempunyai isteri dan selir sebanyak seribu orang sekalipun, matanya yang berminyak kiranya akan masih selalu jelalatan (melotot ke sana-sini) untuk mencari seorang wanita lain yang belum dia miliki!


Artikel ini disarikan dari :
cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo