Selasa, 31 Juli 2012

KEBEBASAN UNTUK ANAK


Saudaraku,…
Ada orang tua yang menasihati anak-anaknya agar sekarang bersusah payah dahulu dan bersenang-senang kemudian? Apa maksudnya ini? Apakah anak kita harus sengsara dulu sekarang ini dan dengan bersusah payah, bersengsara sekarang ini lalu kelak akan senang dan bahagia? Betapa malangnya anak yang disuruh begitu. Mungkin dia menurut, lalu bersusah payah setengah mati sampai dewasa, kemudian oleh suatu sebab dia mati. Dengan demikian berarti bahwa sejak kanak-kanak sampai matinya, hidupnya hanya diisi oleh jerih payah dan susah payah, tak pernah diberi kesempatan untuk bersenang atau bersuka!

Orang tua yang bijaksana dan benar-benar mencinta anak-anaknya akan memberi kebebasan kepada mereka, membiarkan mereka tumbuh subur, hanya tinggal memupuk dan mungkin meluruskan kalau tumbuhnya bengkok, akan tetapi memberi kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk berbahagia. SEKARANG! Bukan besok atau kelak kalau sudah tua. Bukan berarti lalu membiarkan mereka bebas semau gue, gila-gilaan, atau bukan berarti lalu acuh terhadap mereka. Sama sekali tidak. Cinta kasih menimbulkan perhatian yang serius, namun tidak mengikat, tidak membelenggu. Kebahagiaan tak mungkin didapat tanpa kebebasan!



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo







Selasa, 24 Juli 2012

KEBAHAGIAAN HATI


Saudaraku,…
Betapa kebahagiaan hati itu bisa didapatkan di mana saja dan kapan saja, asalkan batin tidak dipenuhi oleh segala macam persoalan yang sebenarnya hanyalah peristiwa-peristiwa yang kita jadikan persoalan sendiri! Tidak ada masalah di dunia ini kecuali hal itu dibuat menjadi masalah. Tidak ada kesusahan kecuali kejadian itu kita buat sendiri menjadi kesusahan! Kalau batin tidak sibuk lagi oleh segala macam penilaian yang menimbulkan aku yang kemudian melahirkan iba diri, maka segala hal kita hadapi sebagaimana adanya, sebagai suatu kewajaran dan segala tindakan kita terhadap hal yang terjadi itu muncul dari kecerdasan akal budi, tanpa keluhan lagi.

Kebahagiaan hati akan selalu terasa oleh kita apabila batin kita bersih dari segala persoalan yang dibuat oleh pikiran. Terdapat dalam hal yang kecil-kecil dan remeh-remeh, karena hidup merupakan suatu berkah di mana segala-galanya sudah terdapat untuk kita nikmati. Di tanah, di air, di udara, di mana saja terdapat kenikmatan itu, kenikmatan hidup karena setelah batin kita bersih dari pada segala kekuasaan si aku, akan nampaklah sinar cinta kasih yang menerangi alam!



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo








Selasa, 17 Juli 2012

KEBAIKAN YANG PALSU


Saudaraku,…
Kebaikan tidak mungkin dilatih. Tidak mungkin mengajar seseorang untuk menjadi baik. Kebaikan yang dilatih, dipelajari dan disengaja, jelas bukanlah kebaikan lagi namanya. Kebaikan yang dilakukan karena perhitungan hati akal pikiran hanyalah pekerjaan nafsu yang menjadikan perbuatan baik itu sebagai sarana, sebagai cara untuk memperoleh sesuatu. Hasil dari kebaikan yang disengaja itu mungkin balas jasa, atau nama baik, atau bahkan imbalan di alam baka kelak.

Dan kebaikan seperti ini adalah palsu. Kebaikan adalah suatu sifat dari seseorang, seperti harum setangkai bunga, seperti kicau seekor burung, sifat dari seseorang yang tidak dikuasai nafsu pada saat melakukannya. Kalau hati terisi kasih sayang, maka akan muncul kebaikan dalam semua perbuatannya terhadap orang yang dikasihi.




Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo






Selasa, 10 Juli 2012

KEBAHAGIAAN DAN KEHORMATAN



Saudaraku,…
Semua orang bertingkah dan berharap agar mereka mendapat penghormatan dari orang lain. Semakin dihormat, semakin banggalah rasa hati ini, semakin merasa betapa dirinya ini ‘besar’. Pengejaran kehormatan ini sesungguhnya bukan lain hanyalah ketinggian hati, keinginan nafsu yang hendak mengangkat diri sendiri setinggi mungkin, yang menilai diri sendiri yang paling besar dan paling tinggi, paling hebat. Karena itu setiap, kali rasa diri besar ini terlanggar, akan marahlah si aku. Sama juga dengan pengejaran harta benda yang dianggap akan merdatangkan kebahagiaan, demikian pula pengejaran terhadap kehormatan di dasari anggapan bahwa kehormatan akan mendatangkan kebahagiaan melalui kebanggaan.

Padahal, kebahagiaan tidak mungkin dicapai melalui kesenangan berharta besar atau melalui kebanggaan berkedudukan tinggi. Segala macam bentuk kesenangan bukanlah makanan jiwa. melainkan sekedar permainan nafsu belaka dan biasanya, nafsu selalu mengejar yang lebih sehingga kesenangan yang dinikmati itu dalam waktu singkat saja sudah terasa hambar karena keinginan mengejar yang lebih. Dan akibatnya maka muncullah kekecewaan dan penyesalan kalau yang dikejar itu tidak tercapai, atau kebosanan kalaupun tercapai karena kenyataan tidaklah sesenang yang dibayangkan selagi dalam pengejaran. Kesenangan jelas bukan kebahagiaan. Dan semua orang mengejar kebahagitan.

Apakah sesungguhnya kebahagiaan? Demikian timbul pertanyaan abadi sejak dahulu. Semua orang mengejar kebahagiaan! Dan makin dikejar semakin tak nampak! Maka penting sekali mempelajari apa sesungguhnya kebahagiaan yang dikejar oleh setiap orang manusia ini. Apakah hanya sebuah kata? Kata kosong belaka ?

Kebahagiaan jelas bukan kedukaan karena justeru di dalam penderitaan dukalah manusia merindukan kebahagiaan. Kebahagian bukan pula kesenangan karena semua orang yang merasakan kesenangan akhirnya mengakui bahwa kesenangan hanyalah sekelumit dan sementara saja sifatnya. Kalau kedukaan bukan kebahagiaan, dan kesenangan juga bukan kebahagiaan, lalu apa? Apakah kebahagiaan yang didambakan seluruh manusia di dunia ini? Tidak mungkinkah dirasakan orang selagi dia masih hidup? Apakah kebahagiaan hanya bagian orang yang sudah mati dan hanya terdapat di akhirat?

Semua pertanyaan ini timbul dan tak seorangpun yang mampu menggambarkan bagaimana sesungguhnya kebahagiaan itu. Bagaimana rasanya dan bagaimana keadaan seseorang yang benar-benar berbahagia! Agaknya pertanyaan yang sudah diajukan manusia sejak ribuan tahun yang lalu ini takkan pernah dapat dijawab. Bagaimana mungkin menjawabnya kalau bahagia merupakan suatu keadaan yang tak tengambarkan? Suatu keadaan tabir batin yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersingkutan ? Sekali dibicarakan atau diceritakan, maka cerita atau penggambaran itu tidak mungkin sama dengan yang digambarkan!

Bahagia bukan duka bukan suka bukan. Kalau ada duka, tidak ada bahagia, kalau ada suka tidak ada bahagia. Jelas bahwa bahagia berada di atas suka duka. Merupakan anugerah Tuhan, dan hanya Tuban yang akan dapat menjadikan seseorang berbahagia. Tak mungkin dicapai melalui usaha akal pikiran karena kebagiaan berada di atas akal pikiran yang menjadi sumber suka dan duka. Dan karena itu merupakan ciptaan Tuhan, pekerjaan Tuhan, maka manusia tak mungkin dapat mencampuri. Seperti halnya kelahiran dan kematian. Kita hanya dapat PASRAH, menyerah kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Bijaksana, yang akan mengatur segalanya ! Hanya pasrah, penuh keiklasan dan ketawakalan. Betapapun juga, manusia hanyalah ciptaan, dan kekuasaan berada di tangan Sang Pencipta!




Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo







Rabu, 04 Juli 2012

JIKA KEBAIKAN BERHARAP PAMRIH


Saudaraku,…
Kalau kita berbuat kebaikan agar dipuji, baikkah itu? Kalau kita berbuat kebaikan agar dibalas dengan bunganya, baikkah itu? Kalau kita berbuat kebaikan agar jangan dihukum, baikkah itu? Yang dua pertama dasarnya menginginkan sesuatu, yang terakhir dasarnya takut. Ketiganya palsu! Segala sesuatu, termasuk perbuatan, haruslah wajar dan aseli. Yang aseli dan wajar itu selalu benar dan indah. Kalau diperkosa, dirubah dengan paksa, maka akan timbul kepalsuan, pertentangan dan keburukan. Menginsyafi, dan menyadari akan keburukan diri sendiri berarti merintis jalan ke arah lenyapnya keburukan itu, dan hanya dengan tidak adanya keburukan maka keindahan tercipta.

Perbuatan buruk timbul dari rasa sayang diri. Mengusahakan agar dirinya baik dengan jalan pengekangan, tapa brata, menyiksa diri, dan lain sebagainya takkan membawa hasil, karena usaha ini pun merupakan kembang dari rasa sayang diri, jadi tiada bedanya dengan keburukan. Di mana-mana ada keburukan, di sana kebenaran, kebaikan atau keindahan takkan muncul. Yang terpenting adalah rnengenal diri pribadi, mengenal sifat-sifatnya, keburukan-keburukannya, cacat-cacatnya, menginsyafi, menyadari dengan kesungguhan bukan pura-pura, dan keburukan akan tiada! Kalau keburukan tiada, dengan sendirinya yang ada hanyalah kebenaran, dan keindahan.



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo