Saudaraku,…
Nafsu berahi, seperti segala nafsu
yang selalu silih berganti menguasai diri manusia seperti kita ini, selalu
ditimbulkan oleh ingatan. Pikiran mengingat-ingat, membayangkan segala hal yang
pernah dialami atau didengar dari orang lain, segala hal yang menyenangkan dan
nikmat. Ingatan inilah bayangan-bayangan yang diciptakan oleh pikiran inilah
sesungguhnya yang menimbulkan gairah nafsu! Untuk membebaskan diri dari
perbudakan nafsu, kita diajar untuk mengekang dan mengendalikan nafsu!
Bagaimana mungkin akan berhasil kalau yang mengendalikan itu pun pikiran kita
sendiri? Nafsu merupakan hasil pemikiran dan keinginan mengendalikan juga
timbul dari pikiran setelah melihat akibat nafsu yang merugikan, dan pada
hakekatnya, pengendalian itu pun didorong oleh keinginan pula, keinginan untuk
bebas dari nafsu. Kalau dikendalikan maka akan terjadi lingkaran setan. Nafsu
timbul dikendalikan, tidur sebentar, bangkit lagi dikendalikan lagi, demikian
tiada habisnya sampai kita mati!
Setelah tahu bahwa sumber nafsu
adalah pikiran, mengapa kita tidak melenyapkan sumbernya saja? Bukan berarti
mematikan pikiran, karena pikiran memang penting bagi hidup, melainkan
mempergunakan pikiran untuk hal-hal yang bermanfaat dan membiarkan pikiran
bersih dari ingatan-ingatan tentang hal-hal yang akan menimbulkan gairah nafsu,
menimbulkan dendam, duka, iri, dan sebagainya. Bukan timbul dari keinginan membersihkan
pikiran, melainkan membiarkan pikiran bersih sendiri dengan pengamatan penuh
kewaspadaan terhadap pikiran sendiri, terhadap nafsu yang timbul dalam pikiran.
Pengamatan saja tanpa usaha
pengekangan, tanpa usaha merobah, tanpa menilai. Pengamatan ini yang akan
menimbulkan suatu kesadaran, yang akan mendatangkan perobahan. Pengamatan
dengan waspada akan membebaskan pikiran menyeleweng, perhatian setiap saat
terhadap segala yang terjadi di dalam dan luar diri akan mendatangkan kesegaran
baru.
Tulisan ini dikutip
dari :
Cerita silat karya
Asmaraman S / Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar