Selasa, 24 September 2013

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA



Saudaraku,…
Sejak jaman dahulu, berbakti terhadap guru atau orang tua dianggap sebagai ketaatan si anak terhadap guru atau orang tua. Dan melihat bahwa di sini terdapat suatu hal yang amat menguntungkan maka kata “berbakti” itu dipergunakan oleh guru atau orang tua untuk membuat murid atau anak menjadi tidak berdaya! Setiap kali seorang anak tidak menurut kata-kata orang tua, maka anak itu akan dicap sebagai anak “put-hauw” (tidak berbakti) sehingga si anak terbiasa untuk mentaati segala perintah orang tua agar menjadi anak berbakti. Dan biarpun pada lahirnya si anak mentaati karena ingin disebut berbakti, di dalam hatinya si anak mengeluh dan memberi cap ke-pada orang tuanya sebagai “tidak mencintanya”.



Maka timbullah celah yang besar antara orang tua dan anak. Si orang tua ingin anaknya mentaatinya, dengan dalih bahwa semua perintahnya itu demi kebahagiaan dan kebaikan si anak, sikap seperti ini sesungguhnya bukan lain hanyalah sikap mementingkan diri sendiri, mencari enaknya sendiri, karena kalau anaknya taat, dialah yang akan merasakan senang dan berbahagia. Si orang tua sudah memastikan bahwa apa yang dianggapnya baik itu MESTI baik pula bagi si anak dan apa yang dianggapnya membahagiakan itu mesti pula membahagiakan si anak!

Sikap seperti ini yang sampai sekarang masih dipraktekkan oleh orang-orang tua yang sesungguhnya timbul karena kekurangpengertian, menciptakan apa yang dinamakan “gap” atau celah antara orang tua dan anak. Ada-nya celah yang merenggangkan orang tua dan anaknya adalah karena tidak adanya kasih sayang, tidak adanya cinta kasih dalam batin masing-masing. Kalau ada cinta kasih, maka tidak ada lagi istilah berbakti atau durhaka, yang ada hanyalah kerja sama, saling membantu dalam hidup secara wajar, tanpa ingin disebut baik karena bantuan-bantuan masing-masing itu, yang ada hanyalah kasih sayang dan tidak ada sedikit pun keinginan untuk senang sendiri, menang sendiri, atau benar sendiri!

Betapa bahagianya sebuah rumah tangga jika terdapat kasih sayang ini di antara suami, isteri, dan anak-anak mereka! Peraturan-peraturan yang kaku dan dipaksakan hanya menimbulkan kemanisan lahir saja namun di dalam batin masing-masing merasa sakit hati dan menaruh dendam, kebencian terselubung senyum dan sikap ramah tamah palsu. Dan suasana seperti itu hanya dapat tercipta apabila dimulai dari diri sendiri! Bukan ingin mengatur orang lain. Cinta kasih harus timbul dari batin sen-diri dan cinta kasih sama sekali tidak mengharapkan balas dari orang lain. Namun cinta kasih mengandung daya mujijat yang dapat membersihkan dan menerangkan orang lain pula!


Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar