Senin, 31 Oktober 2011

INDAHNYA KEHENDAK TUHAN


Saudaraku,…
Malapetaka dapat menimpa siapapun juga di dalam kehidupan di dunia ini. Tidak pandang bulu! Seorang manusia yang paling berkuasa sekalipun, tidak kebal terhadap malapetaka dan maut, kalau memang Tuhan sudah menghendaki. Tiada kekuatan apapun di dunia dan akhirat yang mampu mengubah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhanpun terjadilah. Manusia hanya dapat menerima, tawakal, dengan penuh keikhlasan menyerahkan diri lahir batin sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan. Hanya inilah satu-satunya jalan.

Hanya Tuhan yang dapat menentukan jalan hidup ini, seperti Tuhan pula yang menentukan dan mengatur segala sesuatu yang hidup dan mati, yang nampak dan tidak nampak. Tuhan mendahului yang paling dulu, mengakhiri yang paling akhir, di sebelah dalam yang paling dalam dan di sebelah luar yang paling luar! Tak terjangkau oleh akal pikiran.

Kalau segala gerakan badan dan batin diatur oleh kekuasaan Tuhan, barulah sempurna dan benar dan hal ini mungkin saja dapat dicapai dengan penyerahan diri penuh keikhlasan dan kerendahan hati. Sebaliknya, segala gerakan badan dan batin yang diatur oleh akal pikiran selalu ditunggangi nafsu-nafsu dan akibatnya seperti yang kita lihat di sekeliling kita. Konflik dan pertentangan, perebutan, masing-masing menonjolkan kepentingan aku sendiri dan tak dapat dihindarkan lagi, bentrokan-bentrokan dan kekerasanpun terjadilah, di mana-mana!

Akal pikiran dan segala macam nafsu memang sungguh amat kita perlukan dalam kehidupan ini. Akal pikiran dan nafsu adalah alat-alat yang sangat benguna bagi kita untuk mempertahankan hidup di dunia ini. Karena mereka itu hanya alat, maka haruslah dapat kita manfaatkan, kita peralat demi kepentingan dan kebutuhan diri dalam kehidupan di dunia. Akan tetapi apa kenyataannya? Kita malah yang diperalat oleh mereka! Kita diperalat, diperhamba oleh akal pikiran dan nafsu, maka rusaklah ketenteraman hidup, lenyaplah kebahagiaan hidup.

Akal pikiran dan nafsu hanya ingin ini, ingin itu. ingin lebih, ingin enak dan segala macam keinginan. Dan untuk mengejar terlaksananya keinginan itu, kita diperalat untuk mendapatkannya sehingga timbullah segala macam perbuatan kekerasan dan kemaksiatan. Kalaupun rasa kemanusiaan kita, hati nurani kita sewaktu-waktu menyadari akan hal ini, hati nurani kita itu sedemikian lemahnya sehingga tidak mampu menanggulangi kekuatan daya rendah dari nafsu-nafsu dan akal pikir, dan kita tetap dicengkeram dan dikuasai, dipengaruhi. Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu menalukkan kegarangan daya-daya rendah itu, menjinakkannya dan mengembalikan fungsinya sebagai alat, sebagai harta, bukan lagi sebagai majikan.


Rabu, 19 Oktober 2011

KETIKA PEMIMPIN BERBUAT MAKSIAT

Saudaraku,...
Sungguh sangat menyedihkan kalau dalam sebuah negara, para pembesar yang oleh rakyat dianggap pemimpin, melakukan penyelewengan-penyelewengan dan hanya mementingkan kesenangan pribadi saja. Sudah terlampau banyak contoh terdapat dalam sejarah kuno betapa kaum ningrat, kaum berkuasa yang memegang tampuk pemerintahan, selalu mabuk akan kekuasaan dan apabila kekuasaan sudah berada di tangan, dimabuk segala macam kemaksiatan! Mengapa begini?

Mengapa banyak sekali terjadi contoh-contoh menyolok, di mana bekas-bekas pejuang yang dahulu ikut berjuang menumbangkan kekuasaan Mongol, yang dahulu benar-benar menjadi seorang ksatria yang rela dan siap mengorbankan nyawa guna tanah air dan bangsa, setelah perjuangan berhasil dan dia mendapat kedudukan, lalu berubah tabiatnya seperti bumi dengan langit, berubah menjadi ningrat atau pembesar yang menimbun diri dengan perbuatan maksiat? Mengapa terjadi ini semua?

Jawaban satu-satunya kiranya hanya terletak pada diri pribadi masing-masing! Kemaksiatan timbul karena dorongan nafsu yang tak dapat dikekang dan yang memaksa manusianya melaksanakan dorongannya. Ini hanya dapat terjadi kalau si manusia itu lemah batinnya, lemah pertahanan di dalam hatinya sehingga tidak kuat menghadapi penyerbuan nafsu-nafsu yang laksana iblis setiap saat mendobrak pertahanan batin manusia. Kekuatan batin melemah karena pengaruh keadaan sekeliling, karena keadaan ling kungan hidupnya, karena contoh-contoh hidup yang diperlihatkan atasannya. Kalau atasannya mabuk kedudukan, bawahannya pun tentu demikian. Kalau atasannya mabuk wanita, bawahannya pun takkan berbeda jauh dan demikian selanjutnya.

Bagaimana akibatnya kalau para ningrat dan pembesar sudah tenggelam ke dalam gelombang perbuatan maksiat? Celakalah! Negara akan menjadi lemah, rakyat akan menjadi sengsara. Tanda-tanda tentang keadaan para pembesar yang demikian itu, selalu dapat dilihat dari keadaan di kota raja. Apabila seorang pembesar, baik dia berkedudukan tinggi sekali ataupun hanya rendahan, tenggelam dan mabuk akan kemewahan, itulah tanda bahwa pertahanan batinnya menjadi lemah dan dia akan mudah tergelincir ke dalam tindakan maksiat. Dan segala macam tindakan maksiat di dunia ini mempunyai pengaruh seperti madat. Diberi satu ingin dua, mendapat dua ingin empat dan seterusnya, tak kenal puas tak kenal kenyang. Sekali seorang manusia mabuk akan kedudukan, biar dia sudah menjadi kaisar sekalipun, dia akan merasa tak puas dan iri melihat kaisar-kaisar di negara lain yang lebih besar kedudukannya, dan andaikata dia sudah menjadi kaisar yang paling tinggi kedudukannya di dunia, agaknya dia masih akan mengiri akan kedudukan Tuhan! Sekali seorang manusia sudah mabuk akan wanita, biar dia sudah mempunyai isteri dan selir sebanyak seribu orang sekalipun, matanya yang berminyak kiranya akan masih selalu jelalatan (melotot ke sana-sini) untuk mencari seorang wanita lain yang belum dia miliki!


Artikel ini disarikan dari :
cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo


Kamis, 13 Oktober 2011

MENDIDIK DENGAN CINTA

Saudaraku,…
Masalah sex dan hubungan antara pria dan wanita, terutama sekali antara muda mudi, sejak dahulu menjadi bahan perdebatan, pergunjingan, penulisan yang tak kunjung habis, dan membikin pusing kebanyakan orang tua, terutama yang mempunyai anak gadis. Ada yang condong untuk menggunakan tangan besi berupa pelajaran-pelajaran tentang dosa, tentang kesusilaan, dan sebagainya untuk mengekang anak-anak mereka agar jangan sampai tergelincir oleh godaan nafsu dalam diri sendiri, nafsu yang mulai bangkit semenjak tubuh mereka menjadi dewasa. Ada pula yang acuh saja, bahkan kurang perhatian dan masa bodoh sikapnya. Akan tetapi kedua-duanya, kalau sampai terjadi anak gadis mereka mengandung sebelum menikah, menjadi kelabakan, berduka, menyesal, marah-marah dan sebagainya lagi karena dorongan emosi yang timbul oleh perasaan dirugikan.

Mengekang dengan jalan kekerasan seperti mengurung seorang gadis di dalam kamarnya atau dalam rumah saja, sudah bukan jamannya lagi sekarang. Akan tetapi membiarkan seorang gadis begitu saja dalam kebebasan dalam keadaan yang kurang kuat sehingga mudah ia tergoda dan tergelincir, tentu saja bukan suatu sikap yang baik dari orang tua. Lalu apa yang harus dilakukan orang tua menghadapi pergaulan yang makin modern dan bebas dari anak-anaknya?

Orang tua yang mempunyai anak laki-laki khawatir kalau-kalau anak mereka menghamili seorang gadis sehingga terpaksa mereka harus mengambil gadis itu sebagai mantu, cocok ataukah tidak, sudah waktunya anak mereka menikah ataukah belum. Sebaliknya, orang tua yang mempunyai anak gadis selalu khawatir kalau anaknya itu tergoda dan tergelincir menjadi hamil dan seribu satu usaha dilakukan orang-orang tua setelah gadis itu hamil, di antaranya cara yang tidak terpuji, yaitu dengan mencoba untuk menggugurkan kandungan itu!

Setiap orang anak memiliki dunianya sendiri, kehidupannya sendiri, selera dan jalan pikiran, pandang hidupnya masing-masing. Namun semua ini tidak terpisah sama sekali dari pengaruh lingkungan, terutama lingkungan keluarganya. Sudah sepatutnya kalau anak yang lahir di dunia karena ulah ayah bundanya, memperoleh cinta kasih yang murni dari ayah bundanya, karena HANYA KASIH SAYANG inilah merupakan pendidikan yang paling benar. Dengan adanya kasih sayang, hubungan antara anak dan orang tua menjadi akrab, dan keakraban ini yang membuat si anak menjadikan orang tuanya sebagai sumber segala pertanyaan, sumber segala perlindungan.

Dengan dasar cinta kasih, anak akan menerima keterangan-keterangan tentang kehidupan dari orang tuanya, dan sejak kecil akan memiliki dasar yang kuat, tidak pernah merasa terkekang dan merasa bebas dan bertanggung jawab akan segala perbuatan yang dilakukannya sendiri. Rasa tanggung jawab ini meniadakan penyesalan atas suatu perbuatan yang dilakukannya. Apalagi kalau tidak ada tuntutan dari orang tua yang merasa dirugikan, merasa dicemarkan namanya, dan sebagainya lagi, tuntutan-tuntutan dan kemarahan-kemarahan atau kedukaan-kedukaan orang tua yang kesemuanya hanya bersumber dari rasa keakuan si orang tua yang merasa terganggu dan dirugikan!

Namun, kasih sayang melenyapkan sifat-sifat seperti itu. Anak akan memasuki kehidupan dalam masa apapun juga dengan mata terbuka dan jiwa bebas kalau anak itu memperoleh cinta kasih sejak kecilnya. Jiwanya tidak terkekang, tidak tertekan, terbuka dan tidak dihantui kesalahan ini dan itu yang membuatnya menjadi pengecut dan tidak berani mempertanggung-jawabkan segala akibat daripada perbuatannya sendiri.


Saudaraku,…
Orang tua yang benar-benar mencintai anak-anaknya, tidak pernah merasa khawatir anaknya akan melakukan hal-hal yang dianggapnya tidak patut tentu saja dasarnya takut kalau si anak mencemarkan nama dan kehormatan orang tua. Dengan dasar cinta kasih murni, maka tidak ada persoalan yang tak dapat di atasi atau dipecahkan, tidak ada persoalan yang menimbulkan amarah, duka atau penyesalan. Cinta kasih bersinar terang dan sinarnya mengusir segala kegelapan pikiran, mencuci segala yang tadinya dianggap kotor.




Artikel ini disarikan dari :
cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo