Saudaraku,…
Di dalam kehidupan terdapat bermacam
kebutuhan yang kesemuanya amat penting. Kecukupan lahiriah berupa pangan dan
papan. Kesehatan jasmani, kerukunan dalam keluarga, dan sebagainya lagi. Semua
itu merupakan bagian-bagian dari kelompok yang dinamakan keperluan atau
kebutuhan hidup. Dan kesemuanya itu perlu, tidak kalah pentingnya dari bagian
yang lain. Mementingkan satu bagian saja merupakan kebodohan karena yang satu
harus ditutup oleh yang lain.
Orang yang hidupnya kaya raya dan
serba kecukupan, tetap saja akan menderita dalam hidupnya kalau kesehatannya
terganggu. Orang yang sehat sekalipun tetap akan menderita kalau kekurangan
makan dan pakaian. Bahkan orang yang sehat dan kaya sekalipun akan hidup
menderita kalau tidak mempunyai kerukunan dalam keluarga. Di waktu sakit berat,
orang yang kaya akan rela kehilangan semua kekayaannya asalkan dia sembuh.
Sebaliknya, orang sehat melupakan segala dan mati-matian mempertaruhkan
kesehatannya demi mengejar dan menumpuk harta benda.
Demikianlah kenyataannya, hidup ini
merupakan sekelompok kebutuhan-kebutuhan yang memang mutlak penting. Akan tetapi,
biarpun mementingkan yang satu saja tanpa memperdulikan yang lain merupakan
kebodohan, dan mengabaikan kesemuanya merupakan sikap lemah yang bodoh,
sebaliknya terlalu mengejar kesemuanya itupun akan menjerumuskan!
Banyak orang beranggapan bahwa kalau
sudah kaya raya dan berkedudukan tinggi, tentu orang akan hidup bahagia. Karena
itu, semua orang berlomba-lomba untuk mengejar kekayaan dan kedudukan. Padahal,
semua yang digambarkan sebagai kebahagiaan itu sesungguhnya hanyalah bayangan
kesenangan belaka. Dan kesenangan itu selalu hanya dirasakan oleh orang yang
belum mencapai atau memilikinya.
Kalau kita menjenguk ke dalam
kehidupan orang-orang kaya atau orang-orang berkedudukan tinggi, barulah kita
akan melihat bah-wa gambaran khayal dari kita bahwa mereka itu hidup bahagia
adalah keliru sama sekali. Bahkan mereka itu sudah tidak lagi dapat merasakan
kesenangan atau menikmati hartanya maupun kedudukannya, atau setidaknya, tidak
seindah atau senikmat ketika mereka membayangkanuya sebelum memilikinya.
Sesungguhnyalah bahwa kesenangan
dapat dicari, namun kebahagiaan tidak! Yang bisa dikejar dan dicari hanyalah
kesenangan, namun kesenangan ini amat pendek umurnya dan tempatnya selalu
diperebutkan oleh kebosanan, kekecewaan dan kesusahan! Bukanlah berarti bahwa
kita harus menolak kesenangan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang
bertapa di puncak gunung. Mereka ini justeru mencari kesenangan dengan cara
lain, yaitu cara menyiksa diri atau cara menolak kesenangan lahiriah untuk
mencari kesenangan batiniah yang pada hakekatnya sama juga! Tidak menolak!
Kesenangan hidup adalah kenikmatan
yang sudah menjadi hak kita untuk menikmatinya, dan tubuh kita sejak lahir
sudah dilengkapi dengan alat-alat untuk menikmati kesenangan hidup melalui
panca indra. Bukan menolak, melainkan tidak mengejar-ngejar! Kalau ada
kesenangan itu, kita nikmati sebagai anugerah, namun dalam keadaan tetap
waspada sehingga kita tidak menjadi mabuk kesenangan dan menjadi buta. Namun,
kalau tidak ada, kita tidak mengejar-ngejarnya, yang biasanya diberi pakaian
kata muluk “cita-cita”.
Dan, kalau kita sudah bebas dari
pengejaran ini, di dalam segala sesuatu terdapat keindahan, kenikmatan yang
menyenangkan itu! Di dalam segelas air sekalipun, di dalam hal-hal yang
biasanya dipandang sebagai hal sederhana tak berarti, akan nampak sesuatu yang
amat indah, menyenangkan dan mendatangkan nikmat hidup.
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S
/ Kho Ping Hoo