Betapa banyaknya keinginan itu
terlontar dari lubuk hati manusia, baik melalui mulut ataupun hanya dipendam
saja. Keinginan untuk mencari kebahagiaan! Mencari kebahagiaan! Semua orang
rindu akan kebahagiaan. Semua orang ingin mencari kebahagiaan, seolah-oleh
kebahagiaan adalah sesuatu yang dapat di cari, dapat ditemukan dan digenggam
agar tidak pergi lagi! Ada yang mengerjar kebahagiaan mendapat seorang kekasih
yang terbaik. Ada pula yang mengejar kebahagiaan melalui kedudukan, atau nama
besar, atau benda atau keadaan bagaimanapun juga, semata-mata karena dia membutuhkannya,
karena dianggapnya bahwa itulah yang akan menyenangkan dirinya, hatinya,
selamanya!
Akan tetapi, apakah kebahagiaan itu
sama dengan kesenangan? Apakah orang yang senang hatinya itu berbahagia? Apakah
kesenangan itu dapat dinikmati selamanya? Hal ini dapat kita pelajari dengan
mengamati diri sendiri, mengamati kesenangan-kesenangan kita, yang kita cari
dan kejar-kejar itu. Betapa banyaknya macam kesenangan atau benda atau keadaan
yang mendatangkan kesenangan. Namun, betapa rapuhnya kesenangan itu sendiri,
seperti gelembung-gelembung sabun yang indah beraneka warna, mempesona
kanak-kanak yang mengejar-ngejarnya, namun setelah terpegang, gelembung itu pun
meletus dan lenyap, terganti kekecewaan. Betapa benda atau orang ataupun
keadaan, yang tadinya kita kejar-kejar, kita anggap sebagai sumber kesenangan,
bahkan mendatangkan kekecewaan, kebosanan, bahkan kejengkelan! Adakah
kesenangan yang abadi?
Jelas bukan! Yang kita sebut
kebahagiaan jelas bukanlah kesenangan! Kesenangan dapat kita gambarkan, dapat
kita cari dan perebutkan, namun kesenangan memiliki muka yang banyak sekali,
seperti sepotong dadu yang mempunyai banyak permukaan, dan permukaan yang lain
itu sama sekali tidak menyenangkan!
Kita semua mengejar kebahagiaan
secara membuta, mengira bahwa kebahagiaan terletak disini, di sana, dan kita
mengejar tanpa mengetahui apa sebenarnya kebahagiaan itu! Mungkinkah orang
mencari sesuatu yang tidak dikenalnya, sesuatu yang tidak diketahuinya?
Kebahagiaan tidak mungkin dikenal, karena kebahagiaan adalah sesuatu yang
hidup, sedangkan pengenalan hanyalah melalui sesuatu penggambaran yang mati.
Kesenangan adalah penggambaran yang mati, sesuatu yang telah kita kenal,
melalui pengalaman, maka dapat kita kejar. Kebahagiaan yang terasa lalu dikenal
melalui pengalaman, bukanlah kebahagiaan lagi, melainkan menjadi kesenangan dan
seperti biasa kita ingin mengulang kesenangan.
Kita tidak dapat mengenal
kebahagiaan, tidak dapat menggenggam kebahagiaan. Akan tetapi kita mengenal dan
mengerti akan ketidak-bahagiaan karena kita semua mengalaminya, merasakannya.
Justeru karena tidak bahagia inilah maka kita mengejar kebahagiaan. Kita ingin
lari dari ketidak-kebahagiaan dan mencari kebahagiaan. Mengapa kita tidak
menghadapi saja ketidak-bahagiaan ini, bukan hanya merasakan lalu mencoba lari,
melainkan menyelaminya, mengamatinya dengan seksama dan teliti sehingga akan
nampak benar oleh kita bahwa kita tidak berbeda, tidak terpisah dari
ketidak-bahagiaan itu sendiri. Ketidak-bahagiaan itu adalah kita sendiri,
pikiran kita yang selalu mencari senang menjauhi susah, selalu mengejar
keuntungan menghindarkan kerugian, selalu ingin, ingin dan ingin lagi! Hanya
pengamatan terhadap diri sendiri inilah, yang akan membuat kita waspada dan
mengerti, yang akan menghentikan ketidak-bahagiaan itu sendiri merajalela di
dalam batin.
Dan kalau sudah tidak ada lagi
ketidak-bahagiaan ini di dalam diri kita, apakah kita masih mengejar
kebahagiaan? Kiranya tidak, karena tanpa adanya ketidak-bahagiaan, maka kita
tidak butuh kebahagiaan lagi, justeru karena kebahagiaan sudah ada pada kita,
menyinar sepenuhnya tidak terhalang oleh awan ketidak-bahagiaan, seperti
matahari yang terbebas daripada halangan awan yang menggelapkan.
Tuhan Maha Kasih! Kita dilahirkan
dalam keadaan lengkap selengkap-lengkapnya. Bukan hanya kelengkapan pada diri
kita lahir batin yang lengkap, bahkan yang berada di luar diri kita, yang
berada di alam mayapada ini, yang nampak maupun yang tidak nampak, semua itu
melengkapi hidup kita, seolah-olah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
kita. Matahari, bulan, bintang, angin, air tanah dan segenap
tumbuh-tumbuhannya, bahkan segala logam dan minyak di dalam tanah, semua itu
bermanfaat bagi kehidupan kita, bukan hanya bermanfaat, bahkan menghidupkan!
Kasih Tuhan inilah kebahagiaan, bagi mereka yang mampu menerimanya, dan mau
menerimanya. Akan tetapi kebahagiaan akan sirna seperti sinar matahari tertutup
mendung kalau muncul ketidak-bahagiaan di dalam batin kita, yang sesungguhnya
muncul karena sang aku yang ingin ini dan itu tiada hentinya, diantaranya ingin
bahagia pula!
>> KHO PING HOO