Jumat, 15 Maret 2013

MENGKHIANATI PENGETAHUAN



Saudaraku,…
Ada sebagian orang yang menganggap bahwa adanya keinginan itulah yang membuat manusia hidup menjadi maju! Apakah yang dimaksudkan dengan kemajuan? Apakah adanya pertentangan antar manusia, perang, kelaparan di sana-sini, permusuhan, dendam, iri dan benci-membenci ini termasuk kemajuan? Apakah setiap perbuatan, setiap pekerjaan yang dilakukan, harus didasari keinginan? Apakah kalau orang menanam jagung tanpa mengharapkan apa-apa, melakukan demi cintanya kepada pekerjaan itu saja, maka hasilnya akan berkurang? Apakah benar bahwa kemajuan lahir karena keinginan?

Keinginan membuat manusia menjadi hamba, terikat, dan hidupnya seperti boneka yang digerakkan oleh benang?benang nafsu keinginan. Tidak ada kebebasan dalam arti kata yang selengkapnya. Dan selama hidup kita dicengkeram sepenuhnya setiap saat oleh keinginan, maka pertentangan antar manusia tentu saja takkan pernah berhenti karena keinginan mutlak dikuasai oleh si aku, demi aku, punyaku dan selamanya kita bergerak demi aku masing-masing, damai dan tenteram antara manusia takkan pernah terujud!

Pertentangan, persaingan, perebutan untuk aku masing-masing akan terus berlangsung, baik antara perorangan, antara kelompok, antara ras, antara bangsa! Betapa menyedihkan. Bilakah manusia sadar sepenuhnya akan hal ini? Bukan hanya untuk mengetahui, karena pengetahuan hanyalah pengekoran belaka, mengekor yang sudah ada, yang sudah lalu. Setiap orang pencuri TAHU bahwa mencuri adalah tidak baik. Setiap orang penjudi TAHU bahwa berjudi adalah tidak baik. Namun dia tetap mencuri, dia tetap berjudi. Akan tetapi sekali dia MENGERTI, dalam arti kata mengerti sampai ke akarnya, mengenal diri dan keadaan dirinya sendiri, maka pengertian ini akan menghapus semua itu sehingga lenyap tanpa bekas!

Memang sebenarnyalah, apa gunanya semua itu kalau kita melihat betapa semua pelajaran kebatinan dihafal orang sedunia semenjak kebudayaan berkembang? Ribuan tahun orang mengikuti dan menghafalnya, berlomba keras dan bagus ketika menyanyikan ujar-ujar kuno itu. Semua orang hafal akan ujar-ujar yang berbunyi bahwa “Di empat penjuru lautan, semua manusia adalah saudara,” akan tetapi apa gunanya ujar-ujar yang hanya menjadi kata-kata hampa ini kalau sehari-hari tampak kenyataan hidup yang berlawanan? Dalam kenyataannya, yang dianggap “saudara” hanyalah orang-orang yang menguntungkan kita, yang segolongan dengan kita, sealiran kepercayaan, seperkumpulan, sesuku, sebangsa dengan kita!

Saudaraku,…
Apa artinya menghafal ujar-ujar itu kalau kita melihat bahwa si pembesar dijilat, si hartawan dihormat, si pandai dipuji, sedangkan si kecil ditekan, si miskin dihina dan si bodoh dimaki?





Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo







Tidak ada komentar:

Posting Komentar