Saudaraku,…
Ada sebagian
orang yang menganggap bahwa adanya keinginan itulah yang membuat manusia hidup
menjadi maju! Apakah yang dimaksudkan dengan kemajuan? Apakah adanya
pertentangan antar manusia, perang, kelaparan di sana-sini, permusuhan, dendam,
iri dan benci-membenci ini termasuk kemajuan? Apakah setiap perbuatan, setiap
pekerjaan yang dilakukan, harus didasari keinginan? Apakah kalau orang menanam
jagung tanpa mengharapkan apa-apa, melakukan demi cintanya kepada pekerjaan itu
saja, maka hasilnya akan berkurang? Apakah benar bahwa kemajuan lahir karena
keinginan?
Keinginan membuat
manusia menjadi hamba, terikat, dan hidupnya seperti boneka yang digerakkan
oleh benang?benang nafsu keinginan. Tidak ada kebebasan dalam arti kata yang
selengkapnya. Dan selama hidup kita dicengkeram sepenuhnya setiap saat oleh
keinginan, maka pertentangan antar manusia tentu saja takkan pernah berhenti
karena keinginan mutlak dikuasai oleh si aku, demi aku, punyaku dan selamanya
kita bergerak demi aku masing-masing, damai dan tenteram antara
manusia takkan pernah terujud!
Pertentangan,
persaingan, perebutan untuk aku masing-masing akan terus berlangsung, baik
antara perorangan, antara kelompok, antara ras, antara bangsa! Betapa
menyedihkan. Bilakah manusia sadar sepenuhnya akan hal ini? Bukan hanya untuk
mengetahui, karena pengetahuan hanyalah pengekoran belaka, mengekor yang sudah
ada, yang sudah lalu. Setiap orang pencuri TAHU bahwa mencuri adalah tidak
baik. Setiap orang penjudi TAHU bahwa berjudi adalah tidak baik. Namun dia tetap
mencuri, dia tetap berjudi. Akan tetapi sekali dia MENGERTI, dalam arti kata
mengerti sampai ke akarnya, mengenal diri dan keadaan dirinya sendiri, maka
pengertian ini akan menghapus semua itu sehingga lenyap tanpa bekas!
Memang
sebenarnyalah, apa gunanya semua itu kalau kita melihat betapa semua pelajaran
kebatinan dihafal orang sedunia semenjak kebudayaan berkembang? Ribuan tahun
orang mengikuti dan menghafalnya, berlomba keras dan bagus ketika menyanyikan
ujar-ujar kuno itu. Semua orang hafal akan ujar-ujar yang berbunyi bahwa “Di empat penjuru lautan, semua manusia
adalah saudara,” akan tetapi apa gunanya ujar-ujar yang hanya menjadi
kata-kata hampa ini kalau sehari-hari tampak kenyataan hidup yang berlawanan?
Dalam kenyataannya, yang dianggap “saudara” hanyalah orang-orang yang
menguntungkan kita, yang segolongan dengan kita, sealiran kepercayaan,
seperkumpulan, sesuku, sebangsa dengan kita!
Saudaraku,…
Apa artinya
menghafal ujar-ujar itu kalau kita melihat bahwa si pembesar dijilat, si
hartawan dihormat, si pandai dipuji, sedangkan si kecil ditekan, si miskin
dihina dan si bodoh dimaki?
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S
/ Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar