Selama ada “aku”,
kewaspadaan dan kepasrahan itu hanyalah suatu cara untuk memperoleh sesuatu.
Aku adalah ingatan, aku adalah nafsu dan aku selamanya berkeinginan, berpamrih.
Kalau nafsu yang memegang kemudi, apa pun yang kita lakukan hanya merupakan
cara untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan, dan karenanya mendatangkan
pertentangan dan kesengsaraan. Senang susah bersilih ganti, puas kecewa saling
berkejaran, rasa takut atau khawatir selalu memba-yangi hidup. Takut
kehilangan, takut gagal, takut menderita takut sakit, takut mati. Gelisah
menghantui pikiran.
Kepasrahan yang
wajar, bukan dibuat-buat oleh si aku, bukan kepasrahan berpamrih, kepasrahan
akan segala yang sudah, sedang dan akan terjadi, menyerah dengan tawakal sabar
dan ikhlas terhadap kekuasaan Tuhan, berarti kembali kepada kodratnya.
Tulisan
ini dikutip dari :
Cerita
silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo
Main facebook dapat UANG, dapat PULSA sekaligus Sedekah
InsyaAllah barokah.
Silahkan Kunjungi : KLIK >> www.income-syariah.com/?id=agung79
(Setiap
kunjungan, InsyaAllah Anda akan mendapat Gratis 10 Software Islami, dan
silahkan meni'mati tausiah penyejuk jiwa dari para ustadz yang ikhlas, Ust.
Yusuf Mansur, Ust. Arifin Ilham dll semoga bermanfaat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar