Saudaraku,…
Benarkah kita akan berbahagia kalau sudah memperoleh apa
yang kita kejar itu? Kepuasan karena terpenuhinya ke-inginan sesaat itu memang
mungkin akan kita rasakan, akan tetapi kepuasan seperti itu sama sekali
bukanlah kebahagiaan. Kesenangan itu hanya bertahan sebentar saja. Segera akan
terganti oleh kebosanan, dan kita akan melihat kenya-taan bahwa yang tadinya
dikejar-kejar dan kini sudah terdapat itu ternyata tidaklah seindah seperti
yang kita gambarkan semula ketika kita masih mengejarnya!
Dan kita sudah dicengkeram oleh pengejaran akan sesuatu
yang lain lagi, yang lebih indah lagi menurut pandangan kita, dan mulailah kita
terseret dan hanyut ke dalam arus keinginan yang takkan pernah menanti sebelum
kita mati. Dan kekecewaan-kekecewaan, kebosanan-kebosanan silih berganti
menjadi ekor dari berhasilnya setiap pengejaran.
Ada pula pengejaran yang tujuannya bukan hal-hal
lahiriah, melainkan hal-hal batiniah. Akan tetapi, pada hakekatnya, mengejar
surga dan mengejar uang sama saja. Mengejar surga pun, seperti mengejar uang,
disebabkan oleh keinginan memperoleh sesuatu yang kita anggap menyenangkan.
Semua yang dikejar itu hanyalah kesenangan, tentu saja dapat “dibungkus” dengan
pakaian yang bersih-bersih dan muluk-muluk. Dan setiap pengejaran tentu
mendatangkan konflik, karena pengejaran itu sendiri sudah merupakan hasil dari
konflik, yaitu tidak puas dengan apa adanya dan menginginkan sesuatu yang belum
ada.
Pengejaran pasti menimbulkan kekerasan, karena dalam
pengejaran kita akan menghalau segala sesuatu yang kita anggap sebagai
perintang. Juga akan mendatangkan penyelewengan, karena kita ingin secepatnya
memperoleh yang kita kejar, dengan cara apapun juga. Dari sini timbullah
penghalalan segala macam cara untuk mencapai tujuan. Kita selalu haus akan
kebahagiaan, karena kita merasa tidak bahagia! Kita selalu memandang jauh ke
depan, dengan anggapan bahwa di-SANA-lah terdapat kebahagiaan! Semua ini
membuat kita menjadi lengah. Kenapa kita tidak mau membuka mata dan menghadapi
saat ini, sekarang ini, menyelidiki yang di SINI, dan tidak terbuai oleh khayal
dari keinginan akan hal-hal yang belum ada? Mengapa menujukan pandang mata ke
seberang sana dan tidak pernah mau mengamati seberang sini?
Memang lucu dan menyedihkan sekali hal ini. Kita dapat
melihat hal ini jelas tergambarkan oleh keadaan orang-orang yang suka
me-mancing ikan. Mereka yang duduk di seberang sana melempar kail mereka sejauh
mungkin mendekati seberang sini dengan anggapan bahwa di seberang sinilah
terdapat ikan terbanyak. Sebaliknya yang duduk di seberang sini berusaha
melemparkan kailnya sejauh mungkin mendekati seberang sana dengan pendapat yang
sama, yaitu di seberang sanalah terdapat ikan terbanyak! Perangai seperti
inilah yang membuat mata kita selalu melihat bunga di kebun orang lebih indah
daripada bunga di kebun sendiri!
Padahal, kebahagiaan hanya terdapat dalam saat demi saat
sekarang, bukan terdapat dalam masa depan. Namun, kita tidak pernah mau
menyelidiki kenyataan ini. Pikiran kita selalu penuh dengan kenangan masa lalu
dan bayangan-bayangan masa depan, membuat kita buta terhadap saat itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar