Saudaraku,…
Duka, kecewa dan
kesengsaraan batin selalu menjadi akibat dari pada ikatan. Ikatan batin selalu
mendatangkan duka nestapa. Isteriku, anakku, hartaku, kedudukanku, MILIKKU.
Kalau batin sudah ikut memiliki apa yang dipunyai oleh badan, maka sekali waktu
yang dimiliki itu menentangnya, tidak menurut, atau meninggalkannya, maka batin
itu akan menderita, kecewa, berduka. Badan memang membutuhkan banyak hal untuk
dipunyai, karena badan harus bertumbuh terus, mempertahankan hidupnya. Badan
membutuhkan sandang, pangan, papan, bahkan badan berhak menikmati kesenangan
melalui panca indranya dan alat-alat tubuhnya. Akan tetapi, semua yang
dibutuhkan badan itu, biarlah dipunyai oleh badan saja.
Kalau sampai
batin ikut memiliki, maka akan timbul ikatan. Segala yang dimiliki itu akan
berakar di dalam batin, sehingga kalau sewaktu-waktu yang dimiliki itu dicabut
dan dipisahkan, batin akan berdarah dan merasa nyeri, kehilangan, kecewa,
berduka dan akhirnya mendatangkan sengsara. Batin harus bebas dari ikatan,
tidak memiliki apa-apa ! Mempunyai akan tetapi tidak memiliki, itulah seninya!
Yang mempunyai adalah badan, akan tetapi mengapa batin ikut-ikut memilikinya?
Cinta kasih bukan berarti memiliki dan menguasai! Dan cinta kasih ini urusan
batin, bukan urusan badan. Urusan badan adalah cinta asmara, nafsu berahi dan
kesenangan badaniah. Badan mengalami sesuatu yang mendatangkan nikmat dan
kesenangan, dan ini adalah urusan badan. Kalau sudah habis sampai di situ saja,
memang semestinya demikianlah. Akan tetapi kalau sang aku, yaitu pikiran atau
ingatan, mencatatnya dan sang aku ingin mengulanginya, ingin menikmatnya lagi,
maka ini berarti batin ingin memiliki dan timbullah ikatan terhadap yang
menimbulkan kenikmatan atau kesenangan itu.
Saudaraku,…
Dan kalau sekali
waktu, kita harus berpisah dari yang telah mengikat kita, maka timbullah duka
dan sengsara.
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S
/ Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar