Senin, 27 Agustus 2012

KEPALSUAN KEHIDUPAN


Saudaraku,…
Memang kehidupan manusia, cara hidup manusia seperti yang kita hayati selama ribuan tahun ini salah dan palsu adanya! Kita hidup seperti mesin, kita hidup seperti alat-alat mati, kita hidup hanya menurut garis-garis yang telah ditentukan oleh manusia-manusia lain, manusia-manusia terdahulu yang merupakan tradisi, ketahyulan, hukum-hukum yang mati dan kaku. Kita hidup dituntun, dibimbing, dikurung dan dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan contoh-contoh dan pola-pola yang telah dibangun oleh “peradaban” sejak ribuan tahun. Peradaban yang sesungguhnya tidak beradab! Segala sesuatu dalam hidup, baik buruknya dipandang dari segi hukum dan ketentuan umum, sehingga segalanya palsu adanya!

Kesopanan dipandang dari pakaian dan sikap yang sesungguhnyapun hanya pakaian yang tak nampak, dan ini sudah menjadi pendapat umum yang mati. Padahal kesopanan letaknya di dalam batin, bukan di dasi atau sepatu! Demikian pula, kebenaran, kebajikan, budi dan lain-lain ditukar dari pendapat umum yang hanya memperhatikan lahiriah belaka! Padahal sumbernya adalah di dalam batin, dan hanya diri sendirilah yang dapat mengerti apakah kesopanan yang dilakukan itu, apakah kebajikan dan lain sebagainya yang dilakukan itu palsu belaka, pura-pura belaka, ataukah wajar! Kalau wajar dan tulus, tanpa pamrih, tanpa diikat oleh aturan-aturan lahiriah, itu barulah benar!

Hukum pula yang menentukan bahwa hubungan kelamin baru benar kalau dilakukan setelah pria dan wanita itu menikah! Atau baru benar kalau dilakukan oleh orang-orang yang berjual beli dan sudah disyahkan pemerintah! Benarkah demikian? Kalau kita mau membuka mata batin, mau mempelajari diri sendiri, menjenguk hati dan pikiran sendiri, memandangnya dengan bebas, kiranya akan terlihat bahwa tidak benarlah demikian itu.

Biarpun sudah disyahkan oleh hukum pernikahan, biarpun sudah disebut suami isteri oleh umum, kalau hubungan itu dilakukan tanpa adanya cinta kasih, melainkan hanya sebagai alat untuk mencari kepuasan dan kesenangan diri pribadi belaka, maka hubungan kelamin macam itu pun kotor dan palsu adanya! Sama saja dengan perbuatan menolong orang lain yang oleh pandangan umum disebut baik, akan tetapi kalau di dalam batinnya pertolongan itu dilakukan dengan pamrih, dilakukan sebagai alat untuk mencari pujian, untuk mencari balas jasa, maka “pertolongan” macam itupun kotor dan palsu adanya! Jadi yang mutlak menjadi mutu setiap perbuatan adalah dasarnya, dasar batiniahnya.



Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar