Saudaraku,...
Sudah menjadi
kehendak alam agaknya bahwa manusia ini hidupnya dipengaruhi dan dibimbing oleh
rasa. Rasa menimbulkan kehendak dan kehendak melahirkan perbuatan. Jadi setiap
perbuatan adalah pelaksanaan daripada kehendak yang akan menuruti dorongan
rasa. Rasa ini halus sekali dan karenanya sering sekali dipermainkan oleh
nafsu. Nafsu inilah pokok-pangkal segala peristiwa di dunia, karena nafsulah
yang mendorong segala sesuatu di dunia ini sehingga dapat berputar. Nafsu ini
besar kecilnya tergantung kepada fihak ke"aku"an yang ada pada diri
setiap manusia. Orang yang selalu memikirkan diri sendiri, orang yang selalu
mementingkan diri pribadi, dialah seorang hamba nafsu dan sering sekali
melakukan perbuatan yang menyeleweng daripada kebenaran.
Ada orang-orang
bertapa dan sengaja berusaha untuk membunuh nafsunya sendiri. Sudah tentu bagi
orang-orang yang melakukan hal demikian usaha ini benar. Usaha seperti itu
bukanlah merupakan jalan untuk mencapai kesempurnaan. Nafsu tidak boleh
dibunuh. Karena nafsu adalah pendorong hidup, pendorong segala di dunia ini
sehingga dapat berputar dan berjalan sebagaimana mestinya menurut hukum alam.
Tanpa adanya nafsu, dunia akan sunyi, akhirnya segala akan mati dan diam tidak
berputar lagi. Karena itulah keliru jika ada yang berusaha mencari kesempurnaan
dengan jalan membunuh nafsu-nafsunya sendiri.
Nafsu adalah pelengkap yang lahir
bersama hidup itu sendiri. Tubuh manusia kalau boleh diumpamakan sebuah kereta
yang lengkap, maka nafsu adalah kuda-kudanya yang dipasang di depan kereta. Si
kereta tidak akan dapat bergerak maju sendiri tanpa tarikan tenaga kuda-kuda
nafsu itu. Kuda-kuda nafsunya memang liar dan binal, kalau dibiarkan saja
kuda-kuda itu tentu meliar dan membedal semauaya sendiri, tentu ada bahayanya
kuda-kuda itu, akan menjerumuskan keretanya ke dalam jurang kesengsaraan hidup,
mungkin berikut kusirnya sekali karena kereta itu juga ada kusirnya, yaitu si
aku yang sejati, jiwa yang menguasai seluruh kereta. Kalau kusir itu pandai
mengendalikan kuda-kuda liar itu dengan tali-temali berupa kesadaran, maka
kuda-kuda nafsu yang liar dan binal itu dapat dipergunakan tenaganya untuk
menarik maju si kereta menuju ke jalan yang benar, sesuai dengan kehendak alam,
segala sesuatu harus bergerak maju, namun kemajuan yang lurus dan benar, karena
siapa yang maju dalam keadaan menyeleweng pasti akan hancur ke dalam jurang kesengsaraan.
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S
/ Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar