Selasa, 15 Februari 2011

Mencintai Duka


Saudaraku,…
Selama manusia itu menjejakkan kakinya di bumi, selama itu pula ia akan berinteraksi dengan duka dan kesedihan. Dalam satu waktu mungkin ia akan kehilangan kerabat terdekat karena sebuah peristiwa yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Dan pada waktu yang berbeda ia bisa saja kehilangan harta benda karena kecemburuan yang menghantui kehidupan. Dan peristiwa-peristiwa lain yang menimbulkan kedukaan.

Sebagian saudara kita terlampau reaktif ketika kedukaan menghantui bagian kecil kehidupan. Mereka berteriak lantang di manapun mereka menjejakkan kaki. Mereka mengutuk pemuka bangsa ini. Mereka mencaci saudaranya sendiri. Bahkan sebagian lainnya ada yang melepaskan ikatan hatinya kepada Tuhan, karena kedukaan yang dialaminya.

Sampai sejauh itukah kita bergaul dengan kedukaan? Sampai selemah itukah kekuatan kita menekan derasnya kedukaan? Ingatlah saudaraku, Kedukaan itu mendatangi kita bukan hanya untuk satu kali. Pada waktu yang lainnya kita bisa bertemu dengannya dengan wajah yang berbeda. Yang paling penting adalah bagaimana mengelola kedukaan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Berpikirlah positif tentang duka dan kesedihan yang kita alami. Hilangkanlah dalam pikiran kita segala sesuatu yang buruk dari kedukaan yang mendatangi kita. Kita tidak pernah tahu apa yang dikehendaki Tuhan ketika kita berduka. Bukan tidak mungkin Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah untuk kita.

Duka memang tetap menjadi duka. Tetapi jika pikiran kita jernih ketika berinteraksi dengan kedukaan, kita tidak akan terpengaruh olehnya. Maka mencintai duka adalah pilihan kehidupan yang paling baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar