Kalau kita
berbuat kebaikan agar dipuji, baikkah itu? Kalau kita berbuat kebaikan agar
dibalas dengan bunganya, baikkah itu? Kalau kita berbuat kebaikan agar jangan
dihukum, baikkah itu? Yang dua pertama dasarnya menginginkan sesuatu, yang
terakhir dasarnya takut. Ketiganya palsu! Segala sesuatu, termasuk perbuatan,
haruslah wajar dan aseli. Yang aseli dan wajar itu selalu benar dan indah.
Kalau diperkosa, dirubah dengan paksa, maka akan timbul kepalsuan, pertentangan
dan keburukan. Menginsyafi, dan menyadari akan keburukan diri sendiri berarti
merintis jalan ke arah lenyapnya keburukan itu, dan hanya dengan tidak adanya
keburukan maka keindahan tercipta.
Perbuatan buruk
timbul dari rasa sayang diri. Mengusahakan agar dirinya baik dengan jalan
pengekangan, tapa brata, menyiksa diri, dan lain sebagainya takkan membawa
hasil, karena usaha ini pun merupakan kembang dari rasa sayang diri, jadi tiada
bedanya dengan keburukan. Di mana-mana ada keburukan, di sana kebenaran,
kebaikan atau keindahan takkan muncul. Yang terpenting adalah rnengenal diri
pribadi, mengenal sifat-sifatnya, keburukan-keburukannya, cacat-cacatnya,
menginsyafi, menyadari dengan kesungguhan bukan pura-pura, dan keburukan akan
tiada! Kalau keburukan tiada, dengan sendirinya yang ada hanyalah kebenaran,
dan keindahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar