Salah satu kelemahan kita adalah pengejaran yang
membabi-buta terhadap apa yang kita namakan kehormatan. Di dalamnya terkandung
bangga diri dan bangga diri adalah sesuatu yang menyenangkan. Karena itu,
pengejaran terhadap kehormatan bukan lain hanyalah pengejaran terhadap
kesenangan walaupun sifatnya lebih dalam daripada kesenangan badan. Pengejaran
terhadap kesenangan sama saja, baik pengejaran terhadap kesenangan badan maupun
batin. Kita mengejarnya, kalau sudah dapat kita hendak mempertahankannya.
Di dalam gerak pengejaran dan penguasaan atau ingin
mempertahankan ini jelas terdapat kekerasan. Di waktu mengejar dan ingin
memperoleh, kita siap untuk mengenyahkan segala perintang dan saingan. Di waktu
mempertahankan, kita menentang segala pihak yang ingin menghilangkannya dari
tangan kita. Betapapun menyenangkan adanya sesuatu itu, baik bagi badan maupun
batin, selalu berakhir dengan kebosanan dan kekecewaan. Bukan barang mustahil
bahwa apa yang hari ini menyenangkan, hari esok malah menyusahkan! Dan kita
membiarkan diri terombang-ambing di antara senang dan susah, seperti sebuah
biduk yang dihempaskan oleh badai, dipermainkan gulungan ombak ke kanan kiri
dan selalu terancam kehancuran setiap detik.
Alangkah bahagianya batin yang tidak lagi dapat
diombang-ambingkan senang dan sudah, seperti sebongkah batu karang yang kokoh
kuat tidak pernah berobah walaupun ada badai dan ombak menggunung. Atau lebih
elok lagi, seperti ikan yang berenang dan meluncur di antara ombak-ombak itu
tanpa terancam kehancuran, bahkan dapat menikmati hempasan gelombang yang
bagaimanapun juga.
Tulisan ini dikutip dari cerita silat
karya ASMARAMAN S / KHO PING HOO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar