Saudaraku,…
Dari manakah lahirnya sebutan pahlawan
dan apakah sesungguhnya arti sebutan itu? Pada umumnya, pengertian kata
pahlawan adalah orang yang berjasa terhadap nusa dan bangsa, namanya diagungkan
dan dihormati, dicatat dalam sejarah bahkan kadang-kadang diperingati, walaupun
hanya sekali setahun dan hanya makan waktu beberapa menit saja. Akan tetapi
benarkah demikian? Benarkah bahwa seorang pahlawan itu dianggap pahlawan oleh
seluruh lapisan masyarakat, oleh seluruh bangsa? Ataukah hanya oleh satu
golongan saja, satu kelompok saja karena orang yang berjasa itu menguntungkan
atau membantu golongannya, kelompoknya?
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa
yang dipuja dan diagungkan sebagai pahlawan hanyalah mereka yang dianggap
berjasa terhadap golongan yang pada saat itu kebetulan menjadi pemenang saja,
kebetulan memegang kekuasaan saja. Bagaimana dengan mereka yang dahulu dianggap
berjasa kepada nusa bangsa oleh golongan lain yang dikalahkan oleh golongan
yang kini berkuasa? Mereka sama sekali tidak dinamakan pahlawan, bahkan
sebaliknya, dicap sebagai "pengkhianat"! Inilah kenyataan pahit yang
harus dapat kita hadapi dengan mata terbuka. Lihatlah keadaan di seluruh dunia.
Bukankah demikian pula? Tokoh-tokoh yang tadinya dianggap pahlawan dan patriot
terbesar sekalipun, kalau sekali waktu yang memegang kekuasaan adalah pihak
yang pernah menjadi lawannya, maka tokoh-tokoh ini lalu dicap pengkhianat, yang
masih hidup lalu ditangkap dan kadang-kadang ada pula yang dibunuh, yang sudah
mati akan diejek dan dihina namanya!
Dan ini bukan terjadi antara bangsa,
melainkan di dalam negeri, antara golongan satu bangsa yang berlainan golongan,
berlainan corak pendapat dan gagasannya. Yang tadinya oleh satu golongan
diagungkan se-bagai pahlawan, oleh golongan lain yang menang dan berkuasa
sebagai lawan golongan pertama, dicap pengkhianat dan jahat. Sebaliknya, orang
yang oleh golongan pertama tadinya dicap pengkhianat dan pemberontak, setelah
golongan orang itu menang, dia akan dipuja sebagai pah-lawan, patriot dan
sebagainya.
Jelaslah bahwa manusia telah menjadi
boneka permainan gagasan mereka sendi-ri, saling bertentangan, bermusuhan,
bu-nuh-membunuh. Dan seperti biasa, hanya beberapa gelintir orang saja yang
duduk di atas mendalangi semua itu, mempergunakan nama rakyat, menyanjung dan
memuji rakyat di waktu mereka sedang berjuang untuk merebut kekuasaan dari
tangan pihak lawan yang berkuasa, demi memperoleh dukungan dan bantuan rakyat.
Para pejuang dari golongan manapun, yang sedang berusaha menumbangkan kekuasaan
yang dianggap lalim, selalu menggunakan nama rakyat sebagai perisai dan senjata
untuk mencapai kemenangan. Demi rakyat, untuk rakyat, demikian semboyan usang
yang diulang-ulang sepanjang sejarah.
Dan rakyatpun terbujuk, terpukau,
tergugah semangatnya membantu para "patriot yang berjuang demi keadilan
dan kebenaran, demi rakyat" itu. Akan tetapi bagaimanakah kalau perjuangan
itu sudah berhasil baik dan selesai? Lagu lama! Sekelompok orang yang berada di
tingkat atas itulah, bersama para pembantunya, yang akan menikmati hasil
kemenangan itu. Mereka akan berkuasa membagi-bagi kedudukan seperti orang
membagi-bagi warisan di antara mereka. Dan rakyat? Rakyat yang paling
menderita, berkorban menyerahkan harta milik dan darah dalam perjuangan merebut
kekuasaan itu? Lagu lama pula! Rakyat hanya menerima janji-janji sedangkan yang
mati akan diperingati setahun sekali untuk beberapa menit. Tapi, apa yang dapat
dilakukan rakyat terhadap golongan yang berkuasa? Di mana-mana yang berkuasa
itu sama saja. Tidak mau salah, tidak mau kalah, apa pula mengalah. Yang
menentang, walaupun dia dahulu membantu dalam perjuangan, akan dicap pengacau
dan pemberontak. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dalam sejarah.
Rakyat tertekan lagi. Lalu muncul
lagi golongan baru yang kembali mengulang sejarah usang. Mereka yang baru
muncul ini, seperti dahulu, seperti mereka yang kini berkuasa, akan menggandeng
rakyat untuk menentang mereka yang kini berkuasa, menuduh pemerintah lalim dan
kembali semboyan usang demi rakyat, demi keadilan dan kebenaran, terulang lagi!
Berbahagialah rakyat kalau ada
sekelompok pemimpin yang berjuang dengan dasar demi rakyat secara murni, bukan
demi rakyat sebagai semboyan dan slogan kosong belaka. Kalau ada sekelompok
pemimpin seperti itu, yang tidak mementingkan diri pribadi, tidak hanya
mendahulukan kemuliaan, kekayaan dan kesenangan diri pribadi, melainkan para pemimpin
yang benar-benar berjuang dan berusaha demi kepentingan rakyat, maka negara itu
pasti akan makmur dan rakyat pasti akan hidup dengan tenteram dan makmur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar