Keindahan yang ditemukan oleh nafsu yang bersembunyi di
dalam pandang mata tiada lain hanyalah kesenangan. Dan segala macam bentuk
kesenangan merupakan permainan nafsu dan selalu membosankan. Nafsu tak pernah
mengenal batas tak pernah mengenal kepuasan yang mutlak, selalu meraih dan
menjangkau yang belum dicengkramnya. Oleh karena itu, kita cenderung untuk
mengagumi dan menikmati sesuatu yang baru kita dapatkan. Namun kalau sesuatu
yang baru itu menjadi sesuatu yang lama, akan pudarlah keindahannya sehingga
kita tidak mampu menikmatinya lagi. Itulah sebabnya mengapa orang kota dapat
menikmati keindahan di alam pegunungan, sebaliknya orang dusun di pegunungan
dapat menikmati keindahan kota! Orang kota akan bosan dengan keadaan di kota,
sebaliknya orang dusun juga bosan akan keadaan di dusun. Baik orang kota maupun
orang dusun selalu mengejar yang tidak mereka miliki.
Pengejaran ini memang menjadi sifat nafsu daya rendah.
Dan pengejaran inilah sumber penyebab kesengsaraan. Kalau tidak tercapai apa
yang kita kejar, kecewa dan duka menindih batin kita. Kalau tercapai apa yang
kita kejar, hanya sebentar saja kita menikmatinya, kemudian kita merasa bosan
atau juga kecewa karena yang kita capai itu tidaklah seindah yang kita
bayangkan semula ketika kita mengejarnya.
Karena itu, orang bijaksana tidak akan mengejar sesuatu
yang tidak dimilikinya, tidak menginginkan sesuatu yang bukan miliknya. Kalau
sudah begitu, dia akan menikmati segala yang dimilikinya sebagai yang terindah
dan terbaik. Segala keindahan terletak di dalam keadaan batin kita sendiri,
bukan terletak di luar badan. Sepiring masakan termahal, akan terasa hambar di
mulut kalau batin sedang keruh, sebaliknya sebungkus nasi dengan kecap termurah
akan terasa nikmat di mulut kalau batin sedang jernih.
Hal-hal yang paling sederhana pun akan terasa nikmat dan
indah bagi panca indra kita kalau batin kita dalam keadaan jernih. Dan batin
yang jernih adalah suatu keadaan, bukan hasil buatan pikiran. Keadaan batin
yang jernih timbul oleh kekuasaan Tuhan, dan kita hanya dapat menyerah dan
pasrah dengan penuh keikhlasan dan ketawakalan kepada Tuhan Yang Maha Kasih.
Kalau sudah begitu, apa pun yang terjadi kepada diri kita, kita terima dengan
penuh rasa syukur dan dengan penuh keyakinan bahwa semua itu sudah dikehendaki
Tuhan dan Tuhan tahu apa yang baik bagi kita! Tidak mabuk oleh keadaan yang
kita anggap menyenangkan, tidak mengeluh oleh keadaan yang kita anggap tidak
menyenangkan.
Saudaraku,…
Penyerahan total kepada Tuhan menimbulkan kewaspadaan dan
kebijaksanaan sehingga kita dapat melihat bahwa di dalam segala peristiwa terkandung
kekuasaan Tuhan sehingga sebaliknya dari mabuk kesenangan dan mengeluh
kesusahan, kita meneliti untuk menemukan hikmahnya dalam setiap peristiwa.
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S
/ Kho Ping Hoo
INFO BISNIS ONLINE
INILAH
BISNIS PULSA PALING MENGUNTUNGKAN MINGGU INI! GRATIS 100% !
Informasi
lengkap siloahkan klik link ini : http://www.pulsagram.com/?id=CN115524
Tidak ada komentar:
Posting Komentar