Selasa, 09 Oktober 2012

MEMBEBASKAN DIRI DARI IKATAN CITA-CITA



Segala bentuk penonjolan yang biasa disebut hasil atau kemajuan pribadi seseorang, selalu menimbulkan persoalan-persoalan yang lebih meyusahkan daripada menyenangkan. Orang yang berhasil memperoleh sesuatu yang dicita-citakan, biasanya hasil itu tidaklah senikmat ketika dibayangkannya dan ketika belum tercapai tangan, sedangkan hasil atau kemajuan itu yang sudah jelas menimbulkan iri kepada orang lain sehingga terciptalah pertentangan dan permusuhan! Karena itu, segala bentuk cita-cita, sesungguhnya hanyalah lamunan orang yang tidak mau menghadapi keadaan sekarang, orang yang ingin lari dari kenyataan saat ini dan bersembunyi di balik lamunan yang dibentuk oleh pikiran, membangun istana awang-awang yang disebutnya cita-cita!

Karena cita-cita ini hanya merupakan istana asap di awang-awang, maka apabila sudah tercapai, akan membuyar dan mengecewakan sehingga memaksa si orang yang selalu merasa enggan melihat dan menghadapi kenyataan “saat ini” untuk melamun lagi, dipermainkan pikiran yang pandai sekali mengkhayalkan bayangan-bayangan indah masa depan. Karena itu, berbahagialah orang yang selalu sadar dan dengan penuh kewaspadaan menghadapi “saat ini” dengan pikiran bebas dari segala ingatan masa lalu harapan masa depan dan menghadapi segala apa yang ada saat ini sebagaimana adanya, dengan kewajaran yang tidak dibuat-buat atau dipaksakan, tanpa rencana dan tanpa pendapat, tanpa penilaian, sehingga apa pun yang dihadapinya merupakan sebuah pengalaman yang baru!

Sudah tentu saja yang dimaksudkan adalah hal-hal mengenai urusan batin, bukan hal-hal lahir seperti pekerjaan dan lain-lain yang sudah semestinya dipergunakan akal budi dan pikiran supaya dapat dikerjakan dengan baik dan lancar. Akan tetapi mengenai hubungan antara manusia yang menyangkut rasa dan batin, jika tidak kosong bebas, maka hubungan itu sudah tentu menimbulkan pertentangan karena di sebelah dalam kita sudah terjadi pertentangan yang ditimbulkan oleh pikiran.

Melihat dan mendengar sesuatu dengan pikiran bebas dari segala ikatan, penilaian, pendapat, mengawasi dengan penuh kewaspadaan terhadap sesuatu di saat ini dan terhadap tanggapan kita sendiri akan sesuatu itu, dengan demikian kita belajar mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri adalah langkah pertama ke arah kebijaksanaan.





Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo





Tidak ada komentar:

Posting Komentar