Waktu memang memiliki kekuasaan atas
diri kita manusia secara mutlak. Hampir seluruh hidup ini kita isi dengan
hal-hal yang ada hubungannya dengan waktu, atau yang dikuasai waktu. Kita
memisah-misahkan waktu lampau, waktu ini, dan waktu mendatang dan dengan
pemisahan-pemisahan inilah maka timbul segala macam persoalan di dalam
kehidupan kita. Hampir seluruh perasaan yang menguasai batin dan menimbulkan
emosi lahir dari waktu yang mengisi seluruh ingatan kita. Perasaan duka timbul
dari waktu karena pikiran mengingat-ingat hal yang telah lalu, membandingkannya
dengan waktu kini dan membayangkan keadaan waktu mendatang. Karena pikiran
mengunyah-ngunyah hal yang telah lampau, mengingat-ingatnya kembali, timbullah
duka.
Karena pikiran membayang-bayangkan
hal yang mungkin terjadi di masa depan, timbullah rasa takut, harapan-harapan
yang kemudian menimbulkan kekecewaan-kekecewaan atau kepuasan-kepuasan sejenak.
Karena pikiran membayangkan hal-hal yang menimpa diri kita, yang merasa
dirugikan lahir atau batin oleh orang lain, timbullah rasa marah, dendam dan
kebencian. Batin kita diombang-ambingkan antara masa lampau, masa kini dan
masa, mendatang, dicengkeram oleh waktu!
Melihat kenyataan-kenyataan yang
dapat kita rasakan sendiri hal ini merupakan sesuatu kenyataan yang tak
terpisahkandari kehidupan kita masing-masing, timbullah suatu pertanyaan yang
amat penting: Dapatkah kita hidup terlepas dari cengkeraman waktu? Tentu saja
yang dimaksudkan di sini adalah kehidupan batiniah.
Kehidupan lahir tentu saja tidak
dapat dipisahkan dari waktu. Masuk sekolah, kantor, naik kendaraan umum, dan
sebagainya memang harus menurutkan jadwal waktu. Akan tetapi dapatkah batin
bebas dari cengkeraman waktu bebas dari pengenangan kembali hal yang lalu,
bebas dari harapan-harapan masa mendatang, dan hidup saat demi saat, detik demi
detik, hidup SEKARANG ini? Kalau dapat, jelas bahwa kita akan bebas pula dari
duka, kebencian, ketakutan. Mungkinkah bagi kita untuk memutuskan ikatan dengan
masa lalu? Menghabiskan sampai di sini saja segala urusan yang telah lalu? Dan
tidak membayang-bayangkan, tidak mengharapkan, hal-hal yang belum terjadi?
Hidup dan menikmati hidup saat demi saat, menghadapi dengan penuh kewaspadaan
dan kesadaran akan segala yang terjadi saat demi saat, seperti apa adanya? Ini
merupakan suatu seni hidup yang amat tinggi dan indah. Mari kita coba saja!
Bukan dihalangi oleh tanggapan-tanggapan bahwa hal itu sukar, tidak
mungkin dan sebagainya. Kita lakukan saja sekarang dan kita lihat bagaimana
perkembangannya.
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S
/ Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar