Malapetaka dapat
menimpa siapapun juga di dalam kehidupan di dunia ini. Tidak pandang bulu!
Seorang manusia yang paling berkuasa sekalipun, tidak kebal terhadap malapetaka
dan maut, kalau memang Tuhan sudah menghendaki. Tiada kekuatan apapun di dunia
dan akhirat yang mampu mengubah kehendak Tuhan. Kehendak Tuhanpun terjadilah.
Manusia hanya dapat menerima, tawakal, dengan penuh keikhlasan menyerahkan diri
lahir batin sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan. Hanya inilah satu-satunya jalan.
Hanya Tuhan yang dapat menentukan jalan hidup ini, seperti Tuhan pula yang
menentukan dan mengatur segala sesuatu yang hidup dan mati, yang nampak dan
tidak nampak. Tuhan mendahului yang paling dulu, mengakhiri yang paling akhir,
di sebelah dalam yang paling dalam dan di sebelah luar yang paling luar! Tak
terjangkau oleh akal pikiran.
Kalau segala
gerakan badan dan batin diatur oleh kekuasaan Tuhan, barulah sempurna dan benar
dan hal ini mungkin saja dapat dicapai dengan penyerahan diri penuh keikhlasan
dan kerendahan hati. Sebaliknya, segala gerakan badan dan batin yang diatur
oleh akal pikiran selalu ditunggangi nafsu-nafsu dan akibatnya seperti yang
kita lihat di sekeliling kita. Konflik dan pertentangan, perebutan,
masing-masing menonjolkan kepentingan aku sendiri dan tak dapat dihindarkan
lagi, bentrokan-bentrokan dan kekerasanpun terjadilah, di mana-mana!
Akal pikiran dan
segala macam nafsu memang sungguh amat kita perlukan dalam kehidupan ini. Akal
pikiran dan nafsu adalah alat-alat yang sangat benguna bagi kita untuk mempertahankan
hidup di dunia ini. Karena mereka itu hanya alat, maka haruslah dapat kita
manfaatkan, kita peralat demi kepentingan dan kebutuhan diri dalam kehidupan di
dunia. Akan tetapi apa kenyataannya? Kita malah yang diperalat oleh mereka!
Kita diperalat, diperhamba oleh akal pikiran dan nafsu, maka rusaklah
ketenteraman hidup, lenyaplah kebahagiaan hidup.
Akal pikiran dan
nafsu hanya ingin ini, ingin itu. ingin lebih, ingin enak dan segala macam
keinginan. Dan untuk mengejar terlaksananya keinginan itu, kita diperalat untuk
mendapatkannya sehingga timbullah segala macam perbuatan kekerasan dan
kemaksiatan. Kalaupun rasa kemanusiaan kita, hati nurani kita sewaktu-waktu
menyadari akan hal ini, hati nurani kita itu sedemikian lemahnya sehingga tidak
mampu menanggulangi kekuatan daya rendah dari nafsu-nafsu dan akal pikir, dan
kita tetap dicengkeram dan dikuasai, dipengaruhi.
Saudaraku,…
Hanya kekuasaan
Tuhan sajalah yang akan mampu menalukkan kegarangan daya-daya rendah itu,
menjinakkannya dan mengembalikan fungsinya sebagai alat, sebagai harta, bukan
lagi sebagai majikan.
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S
/ Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar