Saudaraku,…
Hidup akan selalu
terasa bahagia dan nikmat apabila kita dapat menerima dan menghadapi segala
sesuatu sebagaimana adanya, hidup dalam tiap detik yang dilaluinya, tidak
terapung dalam keriangan masa lalu atau tenggelam dalam harapan masa datang.
Hidup adalah saat ini, sekarang ini, bukan kemarin dan bukan esok. Pikiran
selalu mempermainkan kita, membentuk kenangan-kenangan masa lalu dengan segala
suka-dukanya, membuat kita selalu mengejar kenangan, suka dan menjauhi kenangan
duka, menciptakan corak dan bentuk hidup sekarang dan yang akan datang sehingga
kita dibuatnya hidup seperti dalam kurungan yang dibuat oleh pikiran kita
sendiri.
Hidup seperti itu
membuat segala langkah kita tidak wajar lagi, melainkan langkah-langkah kita
sudah ditentukan dan diatur berdasarkan pengalaman lalu, berdasarkan
pengetahuan dan kepercayaan yang sudah terbentuk dalam pikiran kita. Keadaan
seperti itu tidak memungkinkan kita bebas, tidak memungkinkan kita
mempergunakan mata dan telinga seperti sewajarnya. Apa yang terpandang, apa
yang terdengar, ditutup oleh pendapat dan prasangka, oleh penilaian yang
kesemuanya adalah pekerjaan pikiran, sehingga mata dan telinga kita tidak dapat
melihat atau mendengar keadaan sebenamya dari yang dipandang dan didengar!
Kalau kita memandang sesuatu, yang kita pandang sesungguhnya bukanlah itu atau
dia, melainkan itu atau dia seperti yang terbayang dalam ingatan kita!
Demikian pula
dengan makanan. Kalau kita menghadapi sesuatu, dalam hal makanan seperti pada
saat itu, tanpa campur tangan si pikiran yang selalu dapat saja menciptakan
kenang-kenangan akan makanan yang lezat-lezat, maka tidak ada lagi penilaian
apakah makanan yang kita hadapi itu mahal atau murah, berharga atau tidak, dan
tanpa adanya gangguan pikiran ini, semua makanan, apapun juga macamnya, asal
itu memenuhi syarat sebagai makanan pengusir lapar dan penguat tubuh, akan
terasa enak!
Tulisan ini dikutip dari :
Cerita silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar