Saudaraku,…
Lahir dan mati merupakan awal dan
akhir dari kehidupan seperti yang kita kenal ini. Kita hanya tahu akan
kehidupan ini, tanpa mengetahui keadaan sebelum terlahir dan sesudah mati. Yang
jelas, seorang bayi, bangsa apapun juga, kaya atau miskin, mulia maupun papa,
dari keluarga yang bagaimanapun juga, seorang bayi begitu terlahir di dalam
dunia ini, dia langsung menangis! Tangis adalah peluapan duka, dalam bahasa
dari bangsa manapun juga. Begitu memasuki alam dunia, manusia menangis.
Awal kehidupan disambut tangis,
seolah-olah bayi calon manusia itu merasa menyesal, merasa berduka bahwa dia
telah dilahirkan di dalam suatu kehidupan yang penuh duka! Dan di dalam
kenyataannya, hidup ini memang lebih banyak mengandung duka daripada suka.
Kemudian, setelah manusia mati, hampir dapat dipastikan bahwa pada wajah si
mati terdapat suatu kedamaian, wajah itu, membayangkan kelegaan, kebebasan,
bahkan juga kebahagiaan, seolah-olah si mati merasa lega karena telah terlepas
daripada kehidupan yang banyak duka ini!
Manusia menyambut kelahiran bayi
yang menangis sedih dengan gembira. Apakah ini menjadi tanda bahwa manusia
merasa gembira melihat datangnya seorang rekan baru dalam kehidupan penuh
derita ini, seperti sekumpulan orang dalamn penjara menyambut datangnya seorang
narapidana yang baru? Dan manusia mengantar kematian seseorang dengan tangis
sedih walaupun wajah si mati nampak demikian penuh ketenangan dan kedamaian.
Apakah ini pun menjadi tanda bahwa
manusia merasa berduka melihat seseorang bebas sedangkan mereka sendiri masih
berada di dalam kehidupan yang penuh derita, seperti sekumpulan orang dalam
penjara yang melihat seorang rekannya dibebaskan sedangkan mereka masih harus
mendekam di dalam penjara.
Hidup ini penuh duka yang timbul
dari segala perasaan kecewa, iri hati, dengki, ketakutan, kekerasan, dan iba
diri. Kesenangan hanya muncul seperti kilat di antara mendung gelap, hanya
sekali-kali saja. Setiap jengkal kesenangan selalu diikuti oleh sedepa
kesusahan. Namun, tanpa adanya pikiran yang menimbang-nimbang,
membayang-bayangkan, mengingat-ingat, tanpa adanya si aku yang menilai,
membandingkan, merasakan, apakah duka atau suka itu?
Saudaraku,…
Dalam keadaan tidur, atau pingsan,
selagi pikiran tidak bekerja, kita memasuki suatu alam yang tidak mengenal suka
duka! Mimpi mengandung suka itu ada? Dalam keadaaan tidur, atau pingsan, selagi
pikiran tidak bekerja, kita memasuki suatu alam ke dalam alam tanpa suka tanpa
duka. Ini membuktikan bahwa suka duka hanya permainan pikiran belaka, permainan
si aku yang selalu mengada-ada!
Artikel
ini disarikan dari :
cerita
silat karya Asmaraman S / Kho Ping Hoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar