Jumat, 25 Januari 2013

SENI KEHIDUPAN


Saudaraku,…
Duka timbul dari pikiran yang penuh dengan perasaan iba diri. Pikiran mengenang masa lalu yang penuh dengan kegagalan, membayangkan masa depan yang penuh kesuraman, maka pikiran atau si aku merasa iba kepada diri sendiri, merasa nelangsa dan sengsara. Maka datanglah rasa duka, duka menghilangkan kewaspadaan, melenyapkan arti hidup. Hidup bukanlah sekedar membiarkan diri diseret ke dalam lamunan, membiarkan diri dipermainkan pikiran! Hidup adalah kenyataan apa yang ada, tidak perduli kenyataan itu menyenangkan atau menyusahkan. Yang senang , atau yang susah itu adalah pikiran, si-aku yang selalu menghendaki keenakan dan menghindarkan ketidak enakan. Kenyataan hidup adalah seperti apa adanya, dan menerima kenyataan apa adanya adalah seni paling indah, paling agung dan paling murni dari kehidupan. Menerima kenyataan seperti apa adanya, tanpa menilai! Tanpa mengeluh Melainkan menyerahkan kepada Tuhan! Tuhan Maha Kuasa, Maha Bijaksana, Maha Kasih! Hanya Tuhan yang akan mampu membimbing kita, lahir maupun batin.

Kewajiban kita dalam hidup hanyalah untuk mempergunakan segala alat yang ada pada tubuh ini sebagaimana mestinya. Panca indera untuk bekerja seperti yang telah ditentukan dalam tugas masing-masing, termasuk pikiran yang sesungguhnya merupakan alat untuk berpikir, untuk bekerja, untuk dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Pikiran bukan alat untuk menyeret kita ke dalam lamunan kosong tentang suka duka. Kita tidak mungkin dapat membersihkan pikiran yang bergelimang dengan daya-daya rendah, pikiran yang penuh nafsu, pikiran yang penuh dengan keinginan untuk mengejar enak sendiri. Tak mungkin, karena "kita" yang ingin membersihkan ini juga pikiran itu sendiri! Dan selalu keinginan pikiran hanya bersumber pada satu pamrih, yaitu mengejar keenakan untuk diri sendiri. Dapat saja pikiran menciptakan akal bermacam-macam seperti sebutan muluk-muluk, bertapa, mengasingkan diri, mengheningkan cipta dan segala macam cara lagi untuk membersihkan batin. Namun, semua itu adalah pekerjaan pikiran, pekerjaan si aku, usaha dari nafsu pula karena pikiran itu sendiri bergelimang nafsu, dikemudikan nafsu. Di balik semua usaha itu terdapat satu pamrih, yaitu sifat dari nafsu, ialah untuk mengejar keenakan bagi diri sendiri! Karena itu, tidak mungkin kita membersihkan pikiran, tidak mungkin nafsu mengendalikan atau mengalahkan nafsu. Semua ini hanya akal-akalan saja, akalnya si akal-pikir!

Satu-satunya kenyataan adalah bahwa yang dapat merubah segalanya itu, yang dapat membersihkan jiwa dari cengkeraman nafsu, yang dapat menempatkan semua alat tubuh luar dalam kepada kedudukan dan tugas mereka masing-masing secara utuh dan benar, hanyalah KEKUASAAN TUHAN! Dan kekuasaan Tuhan akan bekerja kalau si -aku, yaitu hati dan akal pikiran kita tidak bekerja! Dan kekuasaan Tuhan akan bekerja kalau kita menyerah kepadaNya, menyerah dengan penuh ketawakalan, kepasrahan dan keiklasan, menyerah dengan kesabaran. Kehendak Tuhanpun jadilah! Itu satu-satunya kenyataan yang mutlak. Dalam kepasrahan lahir batin ini, kita akan menerima semua kenyataan hidup sebagai kehendak Tuhan, dan karenanya kita menghadapinya tanpa keluhan, tanpa celaan. Bukan berarti kita lalu acuh dan mandeg. Sama sekali tidak! Kita pergunakan semua alat tubuh luar dalam untuk berusaha! Tuhan yang akan memberi bimbingan dan tuntunan. 

Kalau sudah begini, apapun yang terjadi, tidak menimbulkan penasaran atau keluhan, apa lagi duka. Selain ingat dan waspada. Ingat kepada Tuhan dan kekuasaanNya yang mutlak, menyerah, dan waspada terhadap setiap gerak langkah kita dalam hidup, waspada terhadap pikiran kita, terhadap ucapan kita, terhadap perbuatan kita, seperti kewaspadaan seorang yang memegang kemudi kendaraan. Dan Tuhan Maha Kasih!
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar